Indonesia diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada tahun 2025, dengan konsumsi domestik sebagai pendorong utama. Dalam lanskap bisnis yang dinamis ini, Unilever Indonesia tetap menjadi pemain dominan dengan portofolio merek-merek ternama seperti Tresemme, Pond’s, dan Royco. Namun, persaingan yang semakin ketat dengan perusahaan seperti Wings Group, Mayora Indah, Paragon Wardah, dan Skintific, ditambah dengan tekanan dari boikot terhadap produk tertentu, membuat Unilever harus mencari strategi baru untuk mempertahankan posisinya.
Penurunan Laba dan Tekanan Saham
Berdasarkan laporan keuangan Q3 2024, Unilever Indonesia (UNVR) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,01 triliun. Angka ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai Rp 4,19 triliun. Tren stagnasi bahkan penurunan bisnis Unilever secara global turut berkontribusi terhadap tekanan pada harga sahamnya.
Transformasi Bisnis: Spin-off dan Efisiensi Operasional
Sejak melepas merek Blue Band pada tahun 2018, Unilever terus melakukan restrukturisasi bisnisnya. Pada 2023, muncul rumor bahwa Unilever Plc berencana menjual unit bisnis perawatan tubuhnya, termasuk merek seperti Pond’s, Zwitsal, dan St. Ives. Kini, pada 2025, Unilever Indonesia telah resmi melepas bisnis es krimnya ke PT Magnum Ice Cream Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat membuka peluang bisnis es krim tersebut untuk melantai di bursa saham global, sekaligus mendorong pertumbuhan Unilever secara keseluruhan.
Selain itu, secara global Unilever berencana menjalankan program efisiensi operasional besar-besaran, yang diperkirakan akan memangkas hingga 7.500 posisi karyawan di seluruh dunia. Langkah ini diproyeksikan akan menghabiskan biaya sekitar 1,2% dari total omzet grup dalam tiga tahun ke depan, meningkat dari perkiraan sebelumnya yang hanya 1%.
Harapan dan Tantangan ke Depan
Langkah-langkah strategis ini diambil untuk mengembalikan momentum pertumbuhan Unilever Indonesia. Jika berhasil, bukan tidak mungkin UNVR kembali menjadi saham unggulan di pasar modal. Namun, tantangan besar masih menghadang, termasuk perubahan tren konsumen, persaingan yang semakin sengit, serta tekanan eksternal yang dapat memengaruhi bisnisnya.