Minggu, Mei 18, 2025
spot_img
BerandaBisnisLanskap Ritel Berubah, Kenali Perkembangan Format Ritel Alternatif

Lanskap Ritel Berubah, Kenali Perkembangan Format Ritel Alternatif

Beberapa supermarket besar di Indonesia telah menghentikan operasinya dalam beberapa tahun terakhir, sementara ritel format kecil seperti minimarket dan toko kelontong modern justru tumbuh pesat. Laporan ini menganalisis fenomena tutupnya supermarket besar, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pergeseran pasar, dan memberikan solusi adaptasi bagi pelaku usaha ritel.

Fenomena Penutupan Supermarket Besar di Indonesia

Kasus GS Supermarket
GS Supermarket, jaringan ritel asal Korea Selatan, menjadi supermarket terbaru yang mengakhiri operasinya di Indonesia. Menurut Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan (Hippindo) Budihardjo Iduansjah, GS Supermarket akan resmi berhenti beroperasi pada 31 Mei 2025. Dengan 10 gerai di Indonesia, GS Supermarket memiliki cakupan pasar yang relatif kecil dan tidak berkembang signifikan dalam peta industri ritel tanah air.

Kasus Giant Hypermarket
Giant, yang dikelola oleh PT Hero Supermarket Tbk (HERO), menutup seluruh gerainya pada Juli 2021. Keputusan penutupan ini diambil setelah supermarket tersebut mencatatkan kerugian beruntun pada tahun 2017, 2018, 2020, dan kuartal I 2021. Penutupan ini berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 7.000 karyawan.

Giant sendiri memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1944 ketika toko pertama keluarga Teng Meng Chun dibuka di Sentul Pasar, Malaysia. Bisnis ini kemudian berkembang dengan pembukaan Pusat Minimarket Teng di Bangsar pada tahun 1974, sebelum akhirnya ekspansi ke Singapura dan Indonesia. Di Indonesia, Giant dibesarkan oleh Hero Group yang didirikan oleh MS Kurnia.

Presiden Direktur Hero Supermarket, Patrik Lindvall, menyatakan bahwa penutupan Giant merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk lebih fokus mengembangkan merek lain seperti IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Keputusan ini juga merupakan respons terhadap menurunnya popularitas format hypermarket di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Lulu Hypermarket dan Rumor Penutupan
Berbeda dengan GS dan Giant, Lulu Hypermarket membantah rumor penutupan operasinya. “Terkait info-info yang beredar kalau gerai Lulu Hypermarket mau tutup operasi itu tidak benar,” demikian pernyataan dari Luthfi yang dikutip dari CNBC Indonesia.

Analisis Faktor Penyebab Tutupnya Supermarket Besar

1. Perubahan Perilaku Konsumen
Salah satu faktor utama yang menyebabkan supermarket besar kesulitan bertahan adalah perubahan perilaku belanja konsumen. Konsumen modern cenderung mencari pengalaman belanja yang lebih praktis, cepat, dan dekat dengan tempat tinggal. Format hypermarket yang biasanya berlokasi di area suburban dan membutuhkan waktu belanja yang lebih lama menjadi kurang diminati.

2. Kompetisi dari Format Ritel Alternatif
Minimarket seperti Indomaret dan toko kelontong modern telah menawarkan alternatif belanja yang lebih nyaman dan terjangkau. Indomaret bahkan berusaha mengakomodasi berbagai perilaku konsumen dengan menyediakan fasilitas pendukung seperti drive-thru di beberapa lokasi.

3. Ketidakmampuan Beradaptasi dengan Teknologi
Supermarket besar seringkali lambat dalam mengadopsi teknologi digital yang menjadi kunci keberhasilan dalam lanskap ritel modern. Contohnya adalah inovasi yang dilakukan oleh SRC Indonesia dengan aplikasi AYO Kelontong yang memungkinkan penjual dan pelanggan terhubung lebih dekat.

4. Biaya Operasional yang Tinggi
Format supermarket besar membutuhkan investasi dan biaya operasional yang tinggi, termasuk sewa lokasi, utilitas, dan tenaga kerja yang besar. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan perubahan pola belanja konsumen.

Keberhasilan Format Ritel Kecil dan Menengah

1. Indomaret: Ekspansi Strategis dan Adaptasi
Indomaret terus melakukan ekspansi strategis, termasuk pengembangan gerai di wilayah Indonesia Timur untuk mendukung pemerataan ekonomi. Strategi ini memudahkan masyarakat di daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan lebih terjangkau. Bastari, perwakilan Indomaret, menyatakan bahwa mereka “akan terus berupaya memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia, khususnya wilayah yang masih kesulitan dalam memperoleh kebutuhan pokok”.

2. Warung Madura: Model Bisnis Tradisional yang Tangguh
Warung Madura telah menjadi ikon toko kelontong serba ada yang menawarkan berbagai produk, dari kebutuhan pokok sehari-hari hingga bensin eceran, pulsa, dan token listrik. Ciri khas utama warung ini adalah jam operasional 24 jam dan kelengkapan produk yang dijual.

Kesuksesan warung Madura berawal dari perantau asal Sumenep yang berhasil menjalankan bisnis toko kelontongnya. Cerita kesuksesan ini tersebar ke kampung halaman dan mendorong orang-orang lain untuk mengikuti jejak serupa. Jiwa perantau yang melekat pada orang Madura turut mendorong niat dan tekad untuk mengembangkan toko kelontong yang kini terkenal dengan nama warung Madura.

3. Inovasi SRC Indonesia: Digitalisasi Toko Kelontong
SRC Indonesia, bagian dari PT SRCIS, telah melakukan inovasi melalui kampanye #KembaliKeKelontong. Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat dari Sabang hingga Merauke untuk kembali berbelanja di toko kelontong masa kini dengan cara yang mudah dan efisien, didukung teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Direktur PT SRCIS, Rima Tanago, menjelaskan bahwa di usia ke-13, SRC senantiasa melakukan inovasi melalui dukungan teknologi, yaitu aplikasi AYO Kelontong. Aplikasi ini memungkinkan seluruh segmen masyarakat terkoneksi dengan seluruh jaringan SRC di Indonesia kapan pun dan di mana pun.

RELATED ARTICLES

1 KOMENTAR

  1. Enak belanja di warung madura, beli beras bisa hutang. Beli rko murah merk lokal gak kyk di indomart sama alvamart

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments