Kamis, Februari 6, 2025
No menu items!
Google search engine
BerandaMarketLiberoid: Potensi Tersembunyi Kopi Liberika dan Excelsa

Liberoid: Potensi Tersembunyi Kopi Liberika dan Excelsa

Kopi liberoid, yang mencakup spesies liberika dan excelsa, seringkali berada di bayang-bayang popularitas arabika dan robusta.

Pada Sabtu, 18 Januari 2025 lalu, saya berkesempatan menghadiri acara menarik di kedai kopi “Kula SUB” di Rungkut Menanggal Surabaya bertajuk “Liberoid Unjuk Rasa.” Acara ini menggabungkan sesi cupping (mencicipi) dan diskusi yang membahas spesies kopi Liberika dan Excelsa. Tiga narasumber, Adreng Pangandika (coffee enthusiast, youtube channel “Coffee Workerâ€), Eric Kusuma (Allendinna Coffee Roastery), dan Shobari Karim (Sumber Wandhe Coffee Lab Wonosalam Jombang), memberikan pandangan mereka tentang potensi luar biasa kopi liberoid, dengan host Endy Lukito (owner Kula SUB) memandu diskusi. Acara ini diikuti oleh lebih dari 20 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari penikmat kopi, pemilik kedai kopi, pemilik roastery dan kawan-kawan peneliti kopi dari Universitas Brawijaya.

 

Cupping: Mencicipi Keunikan Kopi Liberoid

Acara dibuka dengan sesi cupping yang dipandu oleh Adreng Pangandika, dimulai dengan konsep “blind test.” Ada 15 cangkir kopi dari berbagai spesies dan varietas, termasuk arabika, robusta, liberika, dan excelsa. Peserta mencicipi setiap cangkir tanpa mengetahui identitas kopi yang mereka coba. Setelah dilakukan voting, pemenang utama adalah varietas kopi geisha, salah satu dari jajaran kopi termahal dunia. Yang mengejutkan, tiga dari empat kopi teratas adalah excelsa, liberika, dan robusta asli Indonesia.

Liberoid: Potensi Tersembunyi Kopi Liberika dan Excelsa
Sesi Cupping dipandu oleh Adreng Pangandika. (Sumber: Dokumentasi Kula SUB)
Liberoid: Potensi Tersembunyi Kopi Liberika dan Excelsa
Peserta mulai mencicipi kopi dengan metode Blind Test. (Sumber: Dokumentasi Kula SUB)

Pengalaman ini membuka mata saya tentang potensi kopi liberoid. Cita rasa excelsa Wonosalam yang pernah saya rasakan 10 tahun lalu sangat berbeda dengan yang saya coba saat ini. Dulu terasa seperti nangka dengan aroma obat, namun kini terasa jauh lebih kompleks dan bersaing dengan arabika. Menurut Adreng Pangandika, sebagai coffee enthusiast yang sedang meneliti liberoid, transformasi ini tidak lepas dari eksperimen pasca panen dan roasting oleh pelaku industri kopi specialty di Jawa Timur. Kuncinya adalah proses yang berkualitas dan terukur.

Eric Kusuma dari Allendinna Coffee, sosok di balik karya sangrai kopi terbaik yang kami cicipi saat itu, mengajak semua peserta cupping session untuk mengalami dan merasakan secara langsung bagaimana kekayaan cita rasa kelompok kopi liberoid.

Di akhir sesi, Endy Lukito, owner Kula SUB sekaligus host dari cupping session, mengharapkan semua pihak baik penikmat kopi, roastery, pemodal, dan stake holder lain dapat bersama-sama mempopulerkan dan mendukung liberoid sebagai salah satu keunggulan kopi nusantara, karena kopi tidak hanya arabika dan robusta.

Â

Produktivitas Pohon Kopi Liberoid

Menurut Shobari Karim dari Sumber Wandhe Coffee Lab, pohon kopi liberoid memiliki produktivitas green bean yang jauh lebih tinggi dibandingkan arabika dan robusta. Berikut data perbandingannya:

  • Arabika: Rata-rata menghasilkan 750-900 gram green bean per pohon. Dibutuhkan sekitar 6-7 kilogram cherry untuk mendapatkan 1 kg green bean.
  • Robusta: Rata-rata menghasilkan 1 kilogram green bean per pohon. Dibutuhkan sekitar 4-5 kilogram cherry untuk mendapatkan 1 kg green bean.
  • Liberoid: Rata-rata menghasilkan 2,5 kilogram green bean per pohon. Namun, dibutuhkan sekitar 10-13 kilogram cherry untuk mendapatkan 1 kg green bean.

Produktivitas tinggi pada pohon liberoid disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, ukuran pohon liberoid yang jauh lebih besar dan tinggi dibandingkan arabika atau robusta. Pohon liberoid bisa mencapai tinggi hingga 9 meter, sementara arabika maksimal 3 meter dan robusta maksimal 2 meter dalam kebun produksi. Kedua, pohon liberoid memiliki kemampuan unik untuk menghasilkan bunga dan buah pada batang utama atau batang tua, tidak seperti arabika dan robusta yang hanya berbuah di batang muda.

Namun, tantangan besar tetap ada, terutama dalam proses panen. Ukuran pohon yang besar membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan peralatan khusus. Selain itu, meskipun produktivitas green bean tinggi, jumlah cherry yang dibutuhkan juga lebih banyak dibandingkan jenis kopi lainnya.

Â

Kopi Liberoid di Tengah Tantangan Perubahan Iklim

Di tengah harga komoditas kopi dunia yang melambung, bahkan mencapai titik tertinggi dalam 50 tahun terakhir (CNBC Indonesia, 2024), kopi liberoid menawarkan solusi yang menjanjikan. Perubahan iklim telah menyebabkan gagal panen arabika dan robusta, sementara liberika dan excelsa lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dan dapat tumbuh di lahan yang tidak ideal bagi kopi lainnya, seperti dataran rendah dan lahan gambut.

Liberika, khususnya, memiliki keunggulan karena bisa tumbuh di ketinggian 0-10 meter di atas permukaan laut dan mampu menghidupkan lahan gambut. Penelitian menunjukkan bahwa varietas kopi ini bisa menjadi tanaman yang produktif sekaligus membantu pelestarian lingkungan (Republika, 2017; TP UB, 2022).

Â

Keunggulan dan Potensi Ekonomi

Jika kopi liberoid mendapatkan perlakuan berkualitas, mulai dari penanaman, proses pasca panen, hingga penyangraian, maka potensi ekonomi dan lingkungan yang ditawarkannya sangat besar:

  1. Diversifikasi Pasokan Kopi Dunia: Dengan meningkatnya ketergantungan pada arabika dan robusta, hadirnya kopi liberoid sebagai alternatif dapat membantu menstabilkan harga komoditas secara agregat.
  1. Pelestarian Lahan Gambut: Lahan gambut yang sering kali tidak produktif bisa dimanfaatkan untuk menanam kopi liberika, yang juga berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim.
  1. Peningkatan Ekonomi Lokal: Petani kopi dapat diberdayakan melalui pendampingan untuk meningkatkan kualitas produksi liberika dan excelsa. Hal ini membuka peluang ekspor baru yang kompetitif di pasar internasional.

Â

Liberoid: Masa Depan Kopi Specialty?

Kopi liberoid memiliki keunggulan produktivitas green bean yang tinggi, daya tahan terhadap perubahan iklim, dan kemampuan tumbuh di lahan yang kurang ideal bagi arabika atau robusta. Dengan inovasi dalam perawatan pohon, proses pasca-panen, dan roasting, kopi liberika dan excelsa mampu menawarkan cita rasa yang bersaing di pasar specialty. Namun, untuk menjadikan kopi ini solusi bagi tantangan global, dibutuhkan kolaborasi antara petani, pemerintah, pengusaha, dan investor.

Kopi liberoid bukan sekadar pilihan alternatif; ini adalah peluang besar yang menanti untuk dimanfaatkan sepenuhnya. Dengan strategi yang tepat, liberoid bisa menjadi bintang baru dalam industri kopi dunia.

 

Kontak Narasumber:

  • Kula SUB, (IG: @sub)
  • Adreng Pangandika, (IG: @adreng_pangandika, YouTube: @coffeeworker)
  • Allendinna Coffee. (IG: @allendinnacoffee)
  • Sumber Wandhe, (IG: @sumber_wandhe)

 

Referensi tambahan:

  • Wikipedia: Kopi Liberika
  • CNBC Indonesia (2024): “Duh! Harga Kopi Sentuh Titik Termahal dalam 50 Tahun Terakhirâ€
  • TP UB (2022): “Eksplorasi Kopi Liberika dari Ujung Timur Pulau Jawa, Kopi Penyelamat Lingkunganâ€
  • Coffee Makutha (2018): “Sejarah Kopi Liberika di Indonesiaâ€
  • Republika (2017): “Varietas Unggul Kopi Liberika Spesifik Lahan Gambut dengan Citarasa Tinggiâ€

 

ditulis oleh: Dimas Pratama, peneliti enciety Business Consult

Artikulli paraprak
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments