Kamis, Juli 10, 2025
spot_img
BerandaMarketLebih Hemat, Penjualan Mobil dan Motor Listrik Makin Moncer

Lebih Hemat, Penjualan Mobil dan Motor Listrik Makin Moncer

Pasar kendaraan listrik Indonesia mengalami transformasi signifikan hingga Mei 2025, dengan pertumbuhan yang mencerminkan pergeseran preferensi konsumen dan dukungan kebijakan pemerintah. Data menunjukkan bahwa penjualan mobil listrik mencapai 53.650 unit pada periode Januari-Mei 2025, dengan Battery Electric Vehicle (BEV) mendominasi dengan 30.327 unit, disusul Hybrid Electric Vehicle (HEV) sebanyak 22.819 unit. Untuk motor listrik, penjualan mencapai 15.000 unit hingga Mei 2025, menunjukkan momentum positif meskipun masih menghadapi tantangan regulasi.

Penjualan mobil listrik di Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang sangat positif pada awal 2025. Total penjualan kendaraan elektrifikasi (BEV, HEV, dan PHEV) mencapai 53.650 unit selama Januari-Mei 2025, yang sudah setengah dari pencapaian tahun 2024 sebesar 103.227 unit. Kontribusi kendaraan listrik terhadap pasar otomotif nasional kini berada pada level 11%, meningkat signifikan dari kisaran 5%-8% sebelumnya.

BACA JUGA:
1. Faktor Pengerek Mobil dan Motor Listrik Terus Tumbuh di Jatim
2. Bayang-Bayang Korupsi BBM Oplosan atau Beralih ke Kendaraan Listrik

Pergeseran signifikan terjadi dalam preferensi konsumen, di mana BEV kini mulai mengungguli HEV. Sepanjang Januari-Mei 2025, BEV mencatatkan penjualan 30.327 unit, sementara HEV mencapai 22.819 unit. Hal ini kontras dengan tahun 2024 penuh, di mana HEV masih unggul dengan 59.903 unit dibanding BEV yang mencapai 43.188 unit.

Merek-merek asal China mendominasi pasar mobil listrik Indonesia, dengan BYD memimpin dengan pangsa pasar sekitar 50% pada kuartal pertama 2025. BYD Motor Indonesia mencatatkan penjualan hingga 8.200 unit termasuk sub-merek Denza. Model terlaris pada Mei 2025 adalah BYD Sealion 7 dengan 1.232 unit, diikuti BYD M6 dengan 1.184 unit, dan Denza D9 dengan 640 unit.

Meskipun tren tahunan positif, penjualan mobil listrik mengalami penurunan pada Mei 2025 dengan 6.334 unit, turun dari 7.690 unit pada April 2025. Penurunan ini sejalan dengan kondisi pasar otomotif nasional yang melemah 15,1% secara tahunan.

Sementara itu, penjualan motor listrik menunjukkan momentum positif dengan mencapai 15.000 unit hingga Mei 2025, jauh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala mengonfirmasi bahwa Honda menjadi kontributor utama, dengan TVS dan Kawasaki juga berkontribusi meskipun dalam jumlah terbatas.

Industri motor listrik menghadapi ketidakpastian regulasi subsidi pada 2025. Pemerintah mengubah skema subsidi dari bantuan langsung Rp 7 juta per unit menjadi insentif PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah). Perubahan ini menyebabkan perlambatan penjualan di awal tahun, dengan Asmoli melaporkan penjualan kuartal I-2025 hanya mencapai 20%-30% dibanding realisasi 2024.

Meskipun menghadapi tantangan, Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) menetapkan target penjualan lebih dari 200.000 unit sepanjang 2025, naik drastis dari sekitar 63.146 unit pada 2024.

Infrastruktur Pendukung

Pemerintah melalui PLN berkomitmen membangun 1.100 SPKLU tambahan pada 2025, meningkatkan total menjadi sekitar 4.300 unit. Hingga Desember 2024, Indonesia telah memiliki 3.202 unit SPKLU di 2.180 lokasi. Target rasio SPKLU terhadap EV adalah 1:17 pada 2025, dengan PLN menargetkan total 6.278 SPKLU.

Sebaran SPKLU masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan DKI Jakarta memiliki 790 unit, Jawa Barat 539 unit, dan Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara 518 unit. Kementerian ESDM menetapkan kebijakan pemerataan dengan rasio 5:1 untuk wilayah Jabodetabek dan 12:1 untuk wilayah luar Jabodetabek.

Disisi lain, Pemerintah Indonesia menetapkan target ambisius untuk tahun 2030 dengan 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik. Target ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060.

Pemerintah memperpanjang pemberian insentif PPnBM ditanggung pemerintah sebesar 100% untuk impor mobil listrik pada 2025. Untuk motor listrik, skema subsidi berubah menjadi PPN DTP dengan persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40%.

Beberapa perusahaan internasional melakukan investasi besar untuk membangun fasilitas manufaktur di Indonesia. VinFast menginvestasikan USD 200 juta untuk fasilitas CKD dengan kapasitas 50.000 unit per tahun, dengan target produksi dimulai pada 2025. BYD juga mengembangkan ekosistem produksi lokal untuk mendukung pertumbuhan pasar.

Pasar mobil Indonesia didominasi oleh kendaraan Low Cost Green Car (LCGC), low MPV, dan City Car dengan harga di bawah Rp 300 juta. Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu memperkirakan pangsa pasar mobil listrik dapat meningkat menjadi 7-8% atau setara 63.000-72.000 unit pada 2025.

Hambatan utama adopsi kendaraan listrik meliputi harga yang masih tinggi, infrastruktur pengisian daya yang belum merata, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa harga mobil listrik yang ideal di Indonesia berada di kisaran Rp 200-300 juta untuk menarik minat konsumen secara signifikan.

Sementara itu, analisis sentimen publik di media sosial menunjukkan bahwa sebagian besar opini terhadap kendaraan listrik masih bersifat negatif, dengan kritik utama terkait infrastruktur dan biaya.

Industri kendaraan listrik berkontribusi pada ekonomi yang memperhatikan dampak lingkungan dan mendukung sustainable development goals (SDGs) Indonesia. Peningkatan jumlah kendaraan listrik menunjukkan korelasi kuat dengan peningkatan indeks kualitas udara dan penurunan tingkat polusi.

Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia. Target 15 juta kendaraan listrik pada 2030 diharapkan dapat menghasilkan penghematan energi sebesar 29,79 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE) dan reduksi emisi sebanyak 7,23 juta ton CO2.

Penjualan kendaraan listrik di Indonesia menunjukkan momentum positif hingga Mei 2025, meskipun menghadapi tantangan struktural. Dominasi BEV atas HEV mengindikasikan pergeseran preferensi konsumen menuju kendaraan listrik murni. Untuk motor listrik, ketidakpastian regulasi subsidi menjadi faktor penghambat utama, namun target jangka panjang tetap optimistis.

Keberhasilan transisi kendaraan listrik di Indonesia akan sangat bergantung pada sinkronisasi antara kebijakan insentif, pengembangan infrastruktur, dan investasi manufaktur lokal. Dengan komitmen pemerintah yang kuat dan dukungan investasi swasta, Indonesia berpotensi menjadi hub kendaraan listrik regional dalam dekade mendatang.

Proyeksi ke depan menunjukkan bahwa pasar kendaraan listrik Indonesia akan terus tumbuh, didorong oleh faktor-faktor seperti peningkatan kesadaran lingkungan, penurunan harga teknologi, dan penguatan infrastruktur pendukung. Namun, pencapaian target 2030 memerlukan upaya koordinatif yang lebih intensif dari semua pemangku kepentingan.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments