Kamis, Juli 10, 2025
spot_img
BerandaMediaIndonesia-China, Jadi Kemitraan Bilateral atau Jebakan Ketergantungan Ekonomi?

Indonesia-China, Jadi Kemitraan Bilateral atau Jebakan Ketergantungan Ekonomi?

Kemitraan strategis Indonesia-China yang diperkuat melalui 12 kesepakatan bilateral pada 25 Mei 2025 membuka peluang ekonomi yang signifikan di berbagai sektor, mulai dari teknologi digital, energi terbarukan, hingga kerjasama moneter. Kesepakatan yang ditandatangani antara Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Li Qiang mencakup empat MoU utama dalam bidang moneter, pembangunan ekonomi, industri, dan pengembangan kawasan, serta delapan kerjasama tambahan di sektor prioritas. Analisis menunjukkan bahwa kerjasama ini berpotensi mempercepat transformasi ekonomi Indonesia menuju digitalisasi dan energi berkelanjutan, namun juga menghadirkan risiko ketergantungan ekonomi dan politik yang perlu dimitigasi secara strategis.

Kesepakatan antara Bank Indonesia (BI) dan People’s Bank of China (PBOC) untuk pembentukan kerangka kerja mata uang lokal dalam transaksi bilateral merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika. Kerjasama moneter ini berpotensi meningkatkan efisiensi transaksi perdagangan bilateral dan mengurangi biaya konversi mata uang. Implementasi sistem pembayaran menggunakan Rupiah dan Yuan dapat memperkuat posisi kedua mata uang di pasar regional dan mendukung stabilitas nilai tukar.

Penggunaan mata uang lokal juga dapat mengurangi volatilitas yang disebabkan fluktuasi dolar AS, yang selama ini menjadi mata uang dominan dalam perdagangan internasional. Kerjasama ini sejalan dengan tren de-dolarisasi yang berkembang di berbagai negara emerging market, dimana negara-negara mulai mencari alternatif untuk mengurangi eksposur terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat.

MoU antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Kementerian Perdagangan China untuk memperkuat kerjasama industri dan rantai pasok membuka peluang besar bagi integrasi ekonomi kedua negara. Kerjasama ini dapat mempercepat transfer teknologi dan meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia. Sektor hilirisasi, yang menjadi prioritas pemerintah Indonesia, dapat memperoleh manfaat signifikan dari teknologi dan investasi China.

Inisiatif “Two Countries, Twin Parks” yang melibatkan Provinsi Fujian sebagai mitra strategis mencerminkan komitmen untuk membangun kawasan industri terintegrasi yang dapat menjadi model kerjasama ekonomi regional. Program ini berpotensi menciptakan kluster industri yang efisien dengan akses langsung ke pasar China dan teknologi terdepan.

Kerjasama dalam bidang digitalisasi dan kecerdasan buatan memiliki potensi transformatif bagi perekonomian Indonesia. Pengalaman China dalam mengembangkan ekonomi digital melalui platform e-commerce, fintech, dan super apps dapat diadaptasi untuk konteks Indonesia yang memiliki populasi besar dan tingkat penetrasi internet yang tinggi. Kerjasama ekonomi digital antara Indonesia dan China pada periode 2020-2023 telah menunjukkan dampak positif terhadap pembangunan nasional Indonesia, terutama dalam mendukung transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan.

Sektor kecerdasan buatan menawarkan peluang untuk meningkatkan produktivitas di berbagai industri, mulai dari manufaktur hingga layanan keuangan. Transfer teknologi AI dari China dapat mempercepat otomasi proses bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan Indonesia. Namun, kerjasama ini juga memerlukan pengembangan sumber daya manusia yang memadai untuk mengoperasikan dan mengembangkan teknologi tersebut.

Pengembangan infrastruktur digital melalui kerjasama bilateral dapat mempercepat pemerataan akses internet dan layanan digital di seluruh Indonesia. Investasi dalam infrastruktur 5G, data center, dan jaringan fiber optik dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan. Kerjasama dalam bidang media dan informasi antara institusi penyiaran nasional juga dapat memperkuat pertukaran informasi dan konten digital antara kedua negara.

Kemitraan dalam sektor energi terbarukan sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target nol emisi bersih (net zero emissions) sesuai Persetujuan Paris. Berdasarkan kajian Institute for Essential Services Reform (IESR), Indonesia memiliki potensi 333 GW proyek energi terbarukan skala utilitas yang layak secara finansial. Pemanfaatan potensi ini melalui kerjasama dengan China dapat mendukung Indonesia menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2045 dan ekonomi rendah karbon.

China, sebagai pemimpin global dalam teknologi panel surya dan turbin angin, dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mempercepat transisi energi Indonesia. Transfer teknologi dan investasi dalam sektor energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi fosil dan mendukung pencapaian kemandirian energi nasional.

Kerjasama dalam blue economy membuka peluang untuk mengoptimalkan potensi sumber daya kelautan Indonesia yang sangat besar. Namun, sektor ini juga menghadirkan risiko lingkungan yang perlu dikelola dengan hati-hati. Keterlibatan China dalam pengembangan ekonomi biru dapat memberikan akses teknologi dan investasi untuk industri perikanan, pariwisata bahari, dan energi laut.

Kerjasama strategis ini berpotensi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan investasi asing langsung. Pada 2024, Indonesia menjadi penerima utama investasi untuk proyek Belt and Road Initiative (BRI) senilai USD 9,3 miliar atau setara dengan lebih dari Rp150 triliun. Investasi baru yang dihasilkan dari 12 kesepakatan bilateral dapat melanjutkan momentum positif ini dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

Volume perdagangan bilateral yang meningkat dari USD 50 miliar pada 2013 menjadi USD 150 miliar pada 2022 menunjukkan potensi besar untuk pertumbuhan lebih lanjut. Diversifikasi kerjasama ke sektor-sektor baru seperti kesehatan, bioteknologi, dan pendidikan dapat menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kerjasama bilateral dapat mempercepat transfer teknologi dan mendorong inovasi di Indonesia. Akses terhadap teknologi tinggi China dalam bidang manufaktur, energi terbarukan, dan teknologi informasi dapat meningkatkan daya saing industri domestik. Pengembangan sumber daya manusia melalui kerjasama pendidikan dan penelitian dapat menciptakan tenaga kerja yang kompeten dalam mengoperasikan teknologi baru.

Kerjasama dalam bidang kesehatan dan bioteknologi, termasuk pengobatan tradisional dan pengendalian tuberkulosis, dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan Indonesia. Transfer teknologi medis dan farmasi dapat mendukung pengembangan industri kesehatan domestik yang lebih mandiri.

Kerjasama dalam berbagai sektor dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada komoditas primer dan mendorong diversifikasi ekonomi. Pengembangan industri hilirisasi dengan dukungan teknologi dan investasi China dapat meningkatkan nilai tambah produk Indonesia. Sektor pariwisata yang diperkuat melalui kerjasama bilateral dapat menjadi sumber devisa yang signifikan dan menciptakan lapangan kerja.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments