Minggu, Mei 18, 2025
spot_img
BerandaInvestasiUang Bisa Jadi Tak Berharga! Ini yang Harus Kamu Simpan Saat Krisis...

Uang Bisa Jadi Tak Berharga! Ini yang Harus Kamu Simpan Saat Krisis Melanda

Di tengah gempuran kapitalisme dan sistem keuangan modern, banyak orang berlomba-lomba menumpuk uang, investasi digital, dan aset finansial tanpa menyadari bahwa nilai sejati sebuah kekayaan terletak pada sesuatu yang memiliki manfaat nyata. Hadis Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dalam perdagangan, bahan pokok seperti gandum, kurma, dan garam memiliki nilai yang setara dengan emas dan perak.

Rasulullah SAW bersabda:
“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai). Jika jenis barang tadi berbeda, maka silakan engkau membarterkannya sesukamu, namun harus dilakukan secara kontan (tunai).”
📖 (HR. Muslim no. 1587)

Hadis ini menunjukkan bahwa bahan pokok bukan hanya sekadar kebutuhan hidup, tetapi juga memiliki fungsi sebagai alat tukar dan penyimpan nilai yang lebih stabil dibandingkan dengan uang kertas atau aset digital yang rentan terhadap manipulasi.

Sejarah mencatat bagaimana Nabi Yusuf as mengamankan masa depan rakyat Mesir dengan menyimpan gandum selama tujuh tahun masa subur untuk menghadapi tujuh tahun kekeringan. Ketika paceklik datang, cadangan pangan itu menjadi lebih berharga daripada emas dan perak, karena bisa digunakan langsung untuk bertahan hidup. Allah SWT berfirman:

“Kamu akan menanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya, kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang sulit, yang akan menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa yang kamu simpan.”
📖 (QS. Yusuf: 47-48)

Ayat ini mengajarkan pentingnya perencanaan keuangan berbasis sumber daya nyata, bukan hanya berorientasi pada uang dan investasi semu.

Berbeda dengan emas, perak, atau bahan pokok yang memiliki keterbatasan alami, uang modern dan mata uang digital seperti cryptocurrency dapat diciptakan dalam jumlah tak terbatas oleh manusia. Sistem ini memungkinkan inflasi, ketidakstabilan ekonomi, dan bahkan penyalahgunaan oleh pihak tertentu. Rasulullah SAW juga mengingatkan bahaya ketamakan terhadap harta dunia:

“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya dia masih ingin memiliki yang ketiga. Dan tidaklah yang memenuhi perutnya kecuali tanah (kematian). Namun Allah menerima taubat bagi siapa yang bertaubat.”
📖 (HR. Bukhari no. 6439, Muslim no. 1048)

Pelajaran dari hadis dan kisah Nabi Yusuf as seharusnya membuka mata kita bahwa kekayaan sejati bukanlah sekadar tumpukan uang atau investasi yang nilainya bisa turun sewaktu-waktu, tetapi sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan harus menjadi prioritas, bukan hanya untuk menjaga keseimbangan ekonomi, tetapi juga untuk memastikan kesejahteraan generasi mendatang.

Allah SWT juga memperingatkan dalam Al-Qur’an agar manusia tidak terperdaya oleh harta dunia:

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…”
📖 (QS. Al-Hadid: 20)

Saat dunia semakin bergantung pada sistem ekonomi berbasis spekulasi, penting bagi kita untuk kembali kepada prinsip-prinsip keuangan Islam yang menekankan keseimbangan antara harta dan kebutuhan riil. Bahan pokok bukan hanya sekadar komoditas, tetapi juga bentuk kekayaan yang stabil, nyata, dan bernilai jangka panjang.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments