Di tengah derasnya arus transformasi digital, data center telah berevolusi dari sekadar ruang penyimpanan data menjadi medan pertempuran strategis yang menyatukan ilmu pengetahuan, teknologi canggih, dan semangat inovasi. Di balik deretan rak server dan infrastruktur berstandar Tier IV, tersimpan kisah persaingan sengit yang menggabungkan akurasi ilmiah dengan keindahan sastra digital.
Mengukir Jejak di Ranah Digital
Di Indonesia, para pemain utama seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII), PT Indointernet Tbk (EDGE), Telkom Indonesia, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) berlomba-lomba mengukir dominasi di industri data center. DCII, misalnya, telah mengamankan pangsa pasar colocation sebesar 51 persen, sekaligus mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang melonjak 35,09 persen secara tahunan.
Di balik angka tersebut tersirat keandalan infrastruktur yang dirancang untuk menjamin kestabilan arus listrik dan pengaturan suhu yang presisi, menjadikan data center sebagai “otak” digital bagi para korporat modern.
Begitu pula, EDGE yang telah beroperasi sejak tahun 1994, menorehkan pertumbuhan pendapatan sebesar 28,36 persen dan mencatat lonjakan data center revenue hingga 113,04 persen secara tahunan. Target ambisius perusahaan ini, yakni mengalihkan 50 persen total pendapatan secara bertahap dari segmen data center, menyiratkan betapa strategisnya peran infrastruktur digital dalam mendukung ekosistem internet masa kini.
Telkom Indonesia, melalui unit Telkomsigma-nya, menyematkan identitasnya sebagai raksasa telekomunikasi dengan portofolio 26 data center yang tersebar di 12 kota besar. Divisi Enterprise & Business Service menyumbang 30-35 persen dari total pendapatan, menegaskan posisi data center sebagai motor penggerak pertumbuhan laba. Di samping itu, investasi strategis seperti pembangunan HyperScale Data Center dengan kapasitas hingga 75 MW dan rencana kemitraan senilai USD 100 juta semakin menambah bumbu persaingan di ranah digital.