Kamis, Juli 10, 2025
spot_img
BerandaMediaTren Media Sosial E-Commerce, Wajah Masa Depan Bisnis Digital

Tren Media Sosial E-Commerce, Wajah Masa Depan Bisnis Digital

Media sosial telah mengalami transformasi fundamental dari platform komunikasi menjadi ekosistem e-commerce yang terintegrasi penuh. Fenomena social commerce atau perdagangan sosial kini menjadi kekuatan revolusioner yang merancang ulang cara konsumen berbelanja secara online. Dengan 70% pengguna media sosial di Indonesia pernah membeli produk langsung dari aplikasi yang mereka gunakan setiap hari, tren ini bukan lagi pilihan tetapi keharusan bagi pelaku bisnis.

YouTube Shopping: Revolusi E-Commerce Video

YouTube resmi meluncurkan program afiliasi YouTube Shopping di Indonesia pada September 2024, menjadikan Indonesia negara pertama di Asia Tenggara yang dapat mengakses fitur ini. Program ini memungkinkan kreator untuk menyematkan produk rekomendasi dalam video mereka dengan berbagai format, termasuk video landscape, vertical di Shorts, hingga live stream.

YouTube Shopping bekerja melalui sistem afiliasi dengan Shopee sebagai mitra perdana di Indonesia. Penonton yang tertarik dengan produk akan dialihkan ke Shopee untuk proses transaksi, sementara kreator mendapatkan komisi 100% tanpa potongan pada tahap awal. Fitur ini mencakup toko channel, produk tag dalam video, dan tombol belanja yang terintegrasi. YouTube Shopping memberikan peluang monetisasi baru bagi kreator sekaligus mempermudah konsumen dalam menemukan produk melalui ulasan video. Program ini tidak hanya menguntungkan kreator dari segi pendapatan, tetapi juga menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih personal dan informatif.

TikTok Commerce: Pioneer Social Shopping

TikTok Commerce menawarkan dua pendekatan utama: Shop Ads dan TikTok Shop. Platform ini memungkinkan penjualan produk langsung melalui video TikTok, livestream, dan tab showcase di profil. TikTok Shop memberikan pengalaman belanja yang sepenuhnya terintegrasi, mulai dari penemuan produk hingga pembayaran. TikTok Shop diprediksi akan menyambut 15,8 juta pembeli sosial baru pada akhir 2026. Platform ini telah mencapai penjualan global sebesar USD 20 miliar pada 2023, naik signifikan dari $4,4 miliar pada 2022. Di Indonesia, TikTok Shop (kini Shop Tokopedia) menjadi platform live shopping favorit dengan tingkat penggunaan 56%.

Facebook Commerce: Ekosistem Grup dan Marketplace

Facebook telah mengembangkan berbagai fitur e-commerce, termasuk Facebook Marketplace dan grup jual beli khusus. Platform ini memungkinkan transaksi dengan kemudahan dan efisiensi karena penjualan digital tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Facebook Marketplace memberikan kepuasan pengguna dengan skor rata-rata 4,4 pada skala Likert.

Facebook meluncurkan fitur Shops in Groups yang memungkinkan admin grup mengelola toko online. Fitur ini memberikan kesempatan bagi grup untuk memonetisasi aktivitas mereka, dengan admin bebas menentukan pengelolaan keuntungan dari penjualan. Facebook juga mengintegrasikan fitur rekomendasi produk dan Live Shopping bagi kreator. Penelitian menunjukkan bahwa strategi negosiasi yang efektif di Facebook melibatkan komunikasi melalui dua cara: WhatsApp dan marketplace Facebook secara langsung. Para penjual memanfaatkan multiple grup terkait produk mereka untuk memperluas jangkauan.

X (Twitter): Potensi dan Tantangan E-Commerce

X (sebelumnya Twitter) masih dalam tahap uji coba untuk fitur commerce. Platform ini telah menguji fitur “Shops” yang memungkinkan brand memamerkan hingga 50 produk di profil mereka. Namun, transaksi masih diarahkan ke website eksternal untuk penyelesaian pembayaran. CEO X Linda Yaccarino mengumumkan peluncuran sistem pembayaran “X Money” pada 2025. Fitur ini merupakan bagian dari transformasi X menjadi “super app” yang menggabungkan komunikasi, hiburan, dan layanan keuangan. X telah membuat akun resmi @XMoney yang menarik lebih dari 140.000 pengikut. X menaikkan harga langganan Premium Plus di Indonesia menjadi Rp 355.000 per bulan, hampir dua kali lipat dari sebelumnya. Peningkatan ini bertujuan memberikan pendapatan lebih kepada kreator konten, tidak hanya mengandalkan iklan.

Tren Live Commerce

Live shopping telah menjadi fenomena yang berkembang pesat di Indonesia. Berdasarkan survei, 48,7% responden berbelanja di platform live shopping beberapa kali dalam sebulan. Harga produk yang lebih terjangkau (49,8%) menjadi alasan utama konsumen memilih live shopping. Penelitian menunjukkan bahwa karakteristik streamer, termasuk personality traits, profesionalisme, dan social affordance, memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Live streaming menciptakan social presence yang meningkatkan perceived usefulness dan emosi positif, yang mendorong impulse buying. TikTok Shop memimpin dengan 56% tingkat penggunaan, diikuti Shopee dengan 33%. Platform live shopping lainnya yang populer termasuk Tokopedia Live dan Instagram Live. Sebanyak 29% pengguna internet sering menonton live streaming dari influencer, dengan 80% di antaranya cenderung membeli produk yang ditawarkan.

Proyeksi Perkembangan Media Sosial E-Commerce

Pasar social commerce global diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 10% dari 2025-2030, mencapai USD 1,48 triliun pada 2030. Di tahun 2025, social commerce diperkirakan akan mencapai USD 924,47 miliar. Live commerce mengalami pertumbuhan khususnya di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Sebagai catatan, ada beberapa tren teknologi yang akan membentuk masa depan social commerce, meliputi AI-powered personalization untuk rekomendasi produk yang dipersonalisasi. Berikutnya Augmented Reality (AR) try-ons untuk pengalaman virtual, Voice dan AI-powered commerce melalui chatbot, Blockchain dan cryptocurrency payments dan Virtual dan Augmented Reality shopping experiences. Menurut laporan DHL, perusahaan kurir Internasional, 70% konsumen global diperkirakan akan berbelanja terutama melalui media sosial pada 2030, melewati website tradisional sepenuhnya. AI menjadi esensial dengan 7 dari 10 pembeli menginginkan AI-driven shopping tools.

Kompetitif Platform Instagram Shopping

Instagram tetap menjadi platform terdepan untuk social commerce dengan 45,3 juta pembeli yang diproyeksikan pada 2025. Platform ini mengintegrasikan product tagging dan visual engagement yang kuat untuk discovery dan pembelian produk. Namun, Instagram sempat mengurangi fokus pada tab Shopping dengan memindahkannya dari menu utama. Delivery tetap menjadi faktor utama yang menyebabkan 81% pembeli meninggalkan keranjang belanja ketika opsi pengiriman yang diinginkan tidak tersedia. Sustainability juga menjadi pertimbangan penting dengan 1 dari 3 pembeli berhenti membeli karena kekhawatiran keberlanjutan.

Bagi platform media sosial ada beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan referensi. Pertama, integrasi fitur E-Commerce. Platform harus mengembangkan fitur belanja terintegrasi untuk mengurangi friction dalam customer journey. Kedua, investasi dalam AI dan AR. Mengimplementasikan teknologi AI untuk personalisasi dan AR untuk virtual try-on. Fokus pada Live Commerce. Mengembangkan fitur live streaming shopping yang interaktif.

Untuk Pelaku Bisnis, ada beberapa masukan yang dapat dijadikan pertimbangan mengembangkan usaha. Pertama, diversifikasi platform. Dengan memanfaatkan multiple platform sesuai target demographic. Kedua, konten autentik. Bekerja sama dengan influencer untuk konten yang autentik dan engaging. Strategi live Shopping. Mengembangkan kemampuan live selling dengan host yang terlatih.

Dapat digarisbawahi jika, media sosial telah bertransformasi menjadi ekosistem e-commerce yang komprehensif, dengan YouTube Shopping, TikTok Commerce, dan Facebook Marketplace memimpin inovasi. X (Twitter) masih dalam tahap pengembangan dengan potensi besar melalui X Money. Live commerce menjadi tren dominan dengan pertumbuhan signifikan di Indonesia. Masa depan social commerce akan didominasi oleh teknologi AI, AR/VR, dan pengalaman berbelanja yang semakin personal. Platform yang dapat mengintegrasikan teknologi ini sambil mempertahankan autentisitas konten akan memenangkan persaingan. Bagi pelaku bisnis, adaptasi terhadap tren ini bukan lagi pilihan tetapi kebutuhan untuk tetap relevan dalam ekonomi digital yang terus berkembang.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments