Smartglasses merupakan inovasi teknologi wearable yang sedang berkembang pesat dan diprediksi berpotensi menggantikan smartphone dalam beberapa tahun mendatang. Pasar teknologi ini diproyeksikan mengalami pertumbuhan signifikan, didorong oleh kemajuan teknologi augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan mixed reality (MR). Perusahaan teknologi terkemuka seperti Apple, Google, Meta, dan berbagai startup inovatif sedang berlomba mengembangkan solusi smartglasses canggih. Transisi dari smartphone ke smartglasses diprediksi akan membawa perubahan fundamental pada cara manusia berinteraksi dengan teknologi, mengakses informasi, dan berkomunikasi. Meskipun masih menghadapi tantangan teknis dan adaptasi pasar, smartglasses memiliki potensi untuk merevolusi lanskap teknologi konsumen dan menciptakan ekosistem bisnis baru senilai miliaran dolar.
Perjalanan teknologi smartglasses telah dimulai sejak beberapa dekade lalu, meskipun popularitasnya baru meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Konsep dasar kacamata pintar sebenarnya telah muncul sejak tahun 1960-an dalam bentuk head-mounted display (HMD) yang dikembangkan oleh peneliti komputer Ivan Sutherland. Namun, titik awal yang signifikan dalam sejarah smartglasses modern adalah ketika Google memperkenalkan Google Glass pada tahun 2012, yang menjadi produk smartglasses pertama yang menarik perhatian publik secara luas.
Google Glass, meskipun tidak mencapai kesuksesan komersial yang diharapkan, membuka jalan bagi pengembangan smartglasses lebih lanjut. Perangkat ini mendemonstrasikan potensi teknologi AR dalam format kacamata, meskipun menghadapi kritik terkait masalah privasi dan desain yang dianggap kurang estetis. Sejak itu, berbagai perusahaan teknologi telah mengembangkan versi smartglasses mereka sendiri dengan pendekatan yang berbeda-beda, baik dari segi teknologi maupun posisi pasar.
Dalam perkembangan terkini, Meta (sebelumnya Facebook) meluncurkan Ray-Ban Stories pada 2021, hasil kolaborasi dengan EssilorLuxottica. Produk ini lebih fokus pada fungsi dasar seperti mengambil foto, video, dan mendengarkan musik, tanpa fitur AR yang canggih. Sementara itu, Apple meluncurkan Vision Pro pada 2023, yang meskipun lebih condong ke headset mixed reality daripada kacamata AR tradisional, menunjukkan visi perusahaan tentang masa depan komputasi spatial.
Teknologi yang mendukung perkembangan smartglasses telah mengalami kemajuan signifikan, termasuk miniaturisasi komponen elektronik, peningkatan daya baterai, perkembangan display mikro, dan kemajuan dalam AI dan pemrosesan gambar. Pengembangan waveguide optics yang memungkinkan proyeksi gambar langsung ke mata pengguna juga menjadi terobosan penting dalam evolusi smartglasses.
Lahirnya produk smartglasses membawa model bisnis yang berbeda dibandingkan dengan smartphone. Berbeda dengan smartphone yang umumnya menggunakan model bisnis penjualan hardware dengan margin tinggi, smartglasses cenderung mengadopsi pendekatan yang lebih beragam sesuai dengan posisi dan target pasar masing-masing perusahaan.
Meta dengan Ray-Ban Stories menggunakan pendekatan hardware yang relatif terjangkau atau sekitar USD 299 dengan fokus pada gaya dan integrasi sosial. Strategi Meta kemungkinan bertujuan untuk membangun basis pengguna yang luas, dengan harapan mendapatkan pendapatan dari layanan dan data pengguna di masa depan. Di sisi lain, Apple dengan Vision Pro menawarkan produk premium dengan harga tinggi USD 3,499 yang ditargetkan pada early adopters dan profesional kreatif, mengikuti strategi pemasaran produk premium yang telah menjadi ciri khas Apple.
Pemain utama dalam industri smartglasses saat ini mencakup perusahaan teknologi besar seperti Apple, Google, Meta, Microsoft, dan Snap. Selain itu, terdapat juga startup inovatif seperti Nreal, Vuzix, dan Magic Leap yang fokus pada pengembangan teknologi dan produk kacamata pintar. Perusahaan kacamata tradisional seperti EssilorLuxottica juga memasuki pasar ini melalui kemitraan dengan perusahaan teknologi.
Investasi dan pendanaan di sektor smartglasses telah mencapai angka yang signifikan. Meta dilaporkan telah menginvestasikan miliaran dolar untuk pengembangan teknologi AR/VR mereka. Magic Leap, sebuah startup AR, berhasil mendapatkan pendanaan lebih dari USD 3 miliar meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam mengkomersialkan produknya. Apple juga diperkirakan telah menginvestasikan jumlah yang besar dalam pengembangan Vision Pro mereka.
Sementara itu, bisnis smartphone saat ini merupakan salah satu sektor teknologi konsumen terbesar dengan nilai pasar global mencapai sekitar USD 500 miliar. Dalam dua dekade terakhir, smartphone telah menjadi perangkat teknologi utama yang digunakan miliaran orang di seluruh dunia. Namun, pasar smartphone mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan, dengan pertumbuhan penjualan global yang melambat dalam beberapa tahun terakhir.
Smartglasses berpotensi mengganggu industri smartphone dengan beberapa cara. Pertama, jika smartglasses dapat menawarkan sebagian besar fungsi smartphone dalam bentuk yang lebih nyaman dan intuitif, mereka dapat mulai menggeser peran smartphone sebagai perangkat utama untuk mengakses informasi dan komunikasi. Kedua, interface berbasis pandangan (gaze-based interface) dan interaksi suara yang ditawarkan smartglasses dapat menciptakan paradigma komputasi baru yang lebih alami dibandingkan dengan layar sentuh smartphone.
Namun, transisi dari smartphone ke smartglasses kemungkinan tidak akan terjadi seketika. Analogi yang sering digunakan adalah bagaimana smartphone telah membuat fungsi utama PC desktop dan laptop menjadi mobile, namun tidak sepenuhnya menggantikan komputer. Smartphone mungkin akan terus ada sebagai perangkat komplementer atau sebagai “hub” yang terhubung dengan smartglasses dan perangkat wearable lainnya.
Produsen smartphone sudah mulai mengantisipasi perubahan ini dengan berbagai strategi adaptasi. Samsung, Apple, dan Google-tiga pemain utama dalam industri smartphone-semua berinvestasi dalam teknologi AR dan pengembangan smartglasses. Mereka juga mengembangkan ekosistem layanan cloud dan software yang dapat bertahan melewati transisi hardware dari smartphone ke smartglasses.
Perkembangan Industri Smartglasses
Pasar global untuk AR dan VR headset, termasuk smartglasses, menunjukkan tren pertumbuhan yang kuat. Menurut laporan industri, pasar ini diproyeksikan tumbuh dari sekitar USD 12 miliar pada tahun 2020 menjadi lebih dari $70 miliar pada tahun 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sekitar 40-50%. Khusus untuk smartglasses AR, proyeksi pasar menunjukkan potensi mencapai nilai USD 30-50 miliar pada tahun 2030.
Dari segi pengiriman unit, pasar smartglasses masih relatif kecil dibandingkan dengan smartphone. Pada tahun 2022, pengiriman global untuk AR/VR headset mencapai sekitar 9,7 juta unit, jauh di bawah pengiriman smartphone global yang mencapai lebih dari 1,2 miliar unit. Namun, tingkat pertumbuhan pasar smartglasses diproyeksikan jauh lebih tinggi dibandingkan smartphone dalam beberapa tahun ke depan.
Rantai pasok dan manufaktur smartglasses menunjukkan kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan smartphone. Komponen kunci seperti micro-displays, waveguides, sensor spatial, dan optik khusus membutuhkan keahlian manufaktur yang sangat spesifik. Perusahaan seperti Kopin, Lumus, DigiLens, dan WaveOptics menjadi pemain penting dalam penyediaan komponen display untuk smartglasses.
Ketersediaan komponen dan suku cadang untuk smartglasses saat ini masih terbatas dibandingkan dengan ekosistem smartphone yang matang. Hal ini disebabkan oleh skala produksi yang relatif kecil dan kebutuhan akan komponen khusus. Standardisasi komponen masih minimal, dengan setiap produsen mengembangkan desain dan spesifikasi yang berbeda. Hal ini menciptakan tantangan dalam pengembangan pasar suku cadang aftermarket.
Infrastruktur layanan dan servis untuk produk smartglasses juga masih dalam tahap pengembangan. Berbeda dengan smartphone yang memiliki jaringan pusat servis yang luas, layanan perbaikan dan pemeliharaan untuk smartglasses masih terbatas pada layanan resmi dari produsen. Perusahaan seperti Apple mempersiapkan layanan khusus untuk Vision Pro mereka, sementara Meta bekerja sama dengan EssilorLuxottica untuk memanfaatkan jaringan optik mereka untuk servis Ray-Ban Stories.
Perubahan Kultur akibat Transisi ke Smartglasses
Transisi dari smartphone ke smartglasses akan membawa perubahan fundamental pada cara manusia berinteraksi dengan teknologi dan informasi. Berbeda dengan smartphone yang mengharuskan pengguna untuk melihat ke bawah dan berinteraksi melalui layar sentuh, smartglasses memungkinkan interaksi yang lebih alami melalui pandangan, gerakan kepala, dan perintah suara.
Salah satu perubahan terbesar adalah potensi smartglasses untuk mengurangi “screen time” tradisional. Alih-alih menghabiskan waktu menatap layar smartphone, pengguna smartglasses dapat mengakses informasi digital sambil tetap terhubung dengan lingkungan fisik mereka. Hal ini dapat mengurangi fenomena “phubbing” (phone snubbing) di mana orang mengabaikan orang lain karena sibuk dengan smartphone mereka.
Namun, smartglasses juga membawa tantangan sosial baru. Kemampuan untuk merekam video atau mengambil gambar secara tidak kentara dapat menimbulkan kekhawatiran privasi. Percakapan dapat terganggu oleh notifikasi yang hanya terlihat oleh pengguna smartglasses, atau pengguna dapat tergoda untuk mengakses informasi tambahan saat berbicara dengan orang lain. Norma sosial baru perlu dikembangkan untuk mengatur penggunaan smartglasses di ruang publik dan privat.
Smartglasses juga berpotensi mengubah cara kita bekerja dan belajar. Dengan kemampuan AR, smartglasses dapat menampilkan informasi kontekstual yang relevan dengan tugas yang sedang dilakukan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dalam pendidikan, smartglasses dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih immersive dan interaktif, dengan visualisasi 3D dan konten yang ditampilkan sesuai dengan apa yang sedang dipelajari.
Implikasi privasi dari smartglasses lebih kompleks dibandingkan dengan smartphone. Smartglasses mengumpulkan data yang lebih luas tentang lingkungan fisik dan interaksi pengguna, termasuk apa yang mereka lihat dan perhatikan. Kebijakan privasi, regulasi, dan norma sosial terkait penggunaan smartglasses akan perlu berkembang untuk menyeimbangkan manfaat teknologi ini dengan perlindungan privasi individu dan masyarakat.