Menginjak akhir tahun 2024, lanskap pariwisata dan transportasi di Provinsi Jawa Timur menunjukkan dinamika musiman yang menarik untuk diulas. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat fluktuasi kunjungan wisatawan mancanegara melalui Bandara Juanda Surabaya, dengan puncak 31.700 kunjungan pada September 2024 yang kemudian mengalami penurunan menjadi 28.182 kunjungan pada Oktober, turun tajam lagi ke angka 20.820 pada November, dan akhirnya mencapai 19.265 pada Desember 2024.
Secara komparatif, terdapat peningkatan kumulatif signifikan—misalnya, kenaikan 23,86 persen di September 2024 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, meskipun di sisi lain terdapat penurunan sebesar 17,12 persen di Desember 2024 dibandingkan Desember 2023. Data ini mencerminkan betapa dinamisnya arus kunjungan yang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor musiman tetapi juga oleh kondisi ekonomi dan kebijakan pariwisata nasional.
Seiring berlalunya tahun, data statistik transportasi Provinsi Jawa Timur tahun 2022 dan 2023 turut menyuguhkan gambaran yang lebih luas mengenai pergerakan penumpang di darat, laut, dan udara. Tren peningkatan volume penumpang, khususnya pada moda udara, telah mengindikasikan bahwa pertumbuhan mobilitas masyarakat semakin menguat. Peningkatan infrastruktur transportasi seiring dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan konektivitas antar wilayah telah menjadi pendorong utama dalam menyukseskan arus mudik dan arus balik, terutama menjelang momen libur panjang.
Melihat pola perjalanan di akhir 2024, kita dapat mengantisipasi bahwa Bulan Ramadan sepanjang Maret 2025 dan Hari Raya Lebaran di awal April 2025 akan menjadi momentum strategis bagi peningkatan mobilitas. Dalam kerangka analisis, lonjakan penumpang yang terjadi pada periode-periode puncak tersebut bukan semata angka statistik, melainkan cermin dari potensi ekonomi yang sangat besar.
Kenaikan jumlah penumpang tidak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan di sektor transportasi—di mana operator penerbangan dan penyedia layanan darat harus menyiapkan kapasitas tambahan untuk mengantisipasi permintaan tinggi, tetapi juga membawa angin segar bagi sektor pariwisata. Destinasi wisata lokal diproyeksikan akan mengalami peningkatan kunjungan, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor perhotelan, kuliner, dan industri kreatif.
Lebih jauh lagi, fenomena “mudik” yang kerap menjadi tradisi setiap lebaran juga membuka peluang bagi sektor perdagangan, khususnya perdagangan makanan dan minuman serta industri tekstil atau fashion. Saat para pulang kampung, mereka tidak hanya membawa keinginan untuk kembali ke akar budaya, tetapi juga membuka peluang bagi pengusaha lokal untuk menawarkan produk-produk khas daerah.
Pergerakan ini, jika disinergikan dengan peningkatan kegiatan transportasi, yang menurut data transportasi 2022 dan 2023 menunjukkan tren kenaikan signifikan pada arus keberangkatan dan arus balik, yang dapat memicu efek domino positif bagi perekonomian regional.
Secara keseluruhan, analisis data mengungkapkan bahwa adanya penurunan kunjungan pada bulan-bulan akhir tahun 2024 sebenarnya memberi ruang untuk antisipasi lonjakan yang lebih besar pada momen libur panjang mendatang. Dengan adanya persiapan optimal dari berbagai sektor, mulai dari peningkatan armada transportasi, pengembangan destinasi wisata yang terintegrasi, hingga penataan pasar perdagangan makanan, minuman, dan fashion. Provinsi Jawa Timur berpeluang memaksimalkan potensi ekonomi selama Ramadan dan Lebaran 2025.
Dalam menghadapi arus mobilitas yang tinggi, sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci untuk mengubah tantangan infrastruktur menjadi peluang pembangunan berkelanjutan. Semoga, dengan kesiapan yang matang, momentum libur panjang ini tidak hanya mengangkat perekonomian daerah, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan keunggulan pariwisata Jawa Timur.
Hari Raya Lebaran selalu identik dengan lonjakan mobilitas, baik dalam bentuk kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Mengutip Radar Jombang, Jawapos.com, pada Lebaran 2024, pengelola tol di wilayah Jombang dan Mojokerto memproyeksikan puncak kepadatan kendaraan terjadi pada hari H serta pada saat arus balik.
Prediksi tersebut menunjukkan bahwa volume kendaraan pada momen Lebaran cenderung meningkat sekitar 20–25 persen dibanding hari biasa. Sementara itu, laporan dari sejumlah perusahaan e-commerce dan lembaga keuangan di Jawa Timur mengungkapkan bahwa nilai transaksi digital, terutama pada sektor ritel, kuliner, dan fashion, selama Ramadan dan Lebaran di tahun-tahun sebelumnya meningkat antara 30 hingga 35 persen. Lonjakan transaksi ini mencerminkan pergeseran perilaku konsumen yang memanfaatkan teknologi digital untuk berbelanja dan melakukan pembayaran, mendukung pertumbuhan ekonomi regional.