Minggu, Mei 18, 2025
spot_img
BerandaMediaPerkembangan Filantropi di Indonesia (2020–2025) dan Perbedaannya dengan CSR serta ESG

Perkembangan Filantropi di Indonesia (2020–2025) dan Perbedaannya dengan CSR serta ESG

Indonesia mengalami transformasi signifikan dalam praktik filantropi, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), dan pendekatan lingkungan, sosial, serta tata kelola (ESG) selama periode 2020–2025. Filantropi tumbuh pesat dengan 224 organisasi aktif yang berfokus pada pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan lingkungan. Sementara itu, CSR tetap menjadi komponen kunci dalam strategi perusahaan, meskipun konsep ESG mulai diadopsi sebagai kerangka kerja yang lebih holistik. Penelitian menunjukkan bahwa sinergi antara ketiganya berperan penting dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), meski tantangan seperti kesenjangan pendanaan dan kapasitas organisasi masih menghambat optimalisasi dampak.

Transformasi Filantropi di Indonesia (2020–2025) 

Pertumbuhan Organisasi dan Sektor Prioritas
Pada 2022, tercatat 224 organisasi filantropi beroperasi di Indonesia, dengan 68,3% bergantung pada donasi individu. Pertumbuhan ini dipicu oleh kesadaran masyarakat akan isu sosial dan dukungan pemerintah melalui regulasi seperti Uang Elektronik Zakat. Sektor pendidikan menjadi prioritas utama (39,7%), diikuti pemberdayaan ekonomi (24,1%), dan lingkungan hidup (18,8%). Program-program ini tidak hanya bersifat karitatif tetapi juga mengadopsi pendekatan pemberdayaan, seperti pelatihan kewirausahaan bagi perempuan di daerah tertinggal.

Peran Filantropi dalam Pembiayaan SDGs
Berdasarkan Outlook Filantropi Indonesia (2022), kontribusi filantropi untuk SDGs meningkat signifikan, terutama di sektor pertumbuhan ekonomi (SDG 8), kesehatan (SDG 3), dan pendidikan (SDG 4). Zakat, dengan potensi mencapai Rp327 triliun, menjadi instrumen kunci. Misalnya, Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) mengalokasikan 60% dana zakat untuk program pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil. Namun, hanya 30% organisasi filantropi yang terlibat dalam proyek infrastruktur, menunjukkan perlunya kolaborasi dengan pemerintah dan swasta.

Dampak Pandemi COVID-19
Pandemi mempercepat inovasi filantropi. Platform digital seperti Kitabisa.com mengalami peningkatan donasi sebesar 300% selama 2020–2021, terutama untuk bantuan kesehatan dan UMKM. Di sisi lain, keterbatasan mobilitas memicu pendekatan community-based philanthropy, di mana masyarakat lokal menjadi aktor utama dalam distribusi bantuan. Contohnya, Yayasan Bangun Talenta membentuk jaringan relawan di 50 desa untuk mendistribusikan paket sembako dan alat pembelajaran daring.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments