Sabtu, Maret 15, 2025
No menu items!
spot_img
BerandaMarketPerdagangan Makanan Minuman jadi Ladang Peluang Bulan Ramadan 2025

Perdagangan Makanan Minuman jadi Ladang Peluang Bulan Ramadan 2025

Menjelang Bulan Ramadan 2025, sektor perdagangan makanan dan minuman di Provinsi Jawa Timur, mencuat sebagai ladang peluang yang penuh harapan, meskipun dibayangi oleh bayang-bayang fluktuasi inflasi dan pergeseran daya beli. Data statistik terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mengungkapkan bahwa pada Februari 2025, inflasi di wilayah ini tercatat sebesar 0,59 persen, sebuah angka yang menyiratkan kondisi pasar yang dinamis di tengah pergolakan harga komoditas seperti ayam ras dan telur ayam yang konon identik dengan momen sahur dan berbuka puasa.

Transformasi Konsumsi dan Perubahan Pola Ekonomi

Dalam benak para ekonom, fenomena ini tidak hanya sekadar angka, melainkan cermin dari transformasi perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh penurunan jumlah kelas menengah. Berdasarkan data BPS, jumlah kelas menengah di Indonesia menurun dari 57,33 juta jiwa pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada tahun 2024, penurunan yang ekuivalen dengan 16,5 persen—suatu penurunan yang membawa implikasi mendalam pada daya beli dan preferensi konsumsi masyarakat.

Dalam konteks Ramadan, di mana tradisi kuliner dan ritual keagamaan bersatu, pola konsumsi mengalami metamorfosis. Masyarakat kini lebih selektif, dengan kecenderungan memanfaatkan platform digital guna memperoleh promo dan diskon, yang turut mendongkrak nilai transaksi digital hingga mencapai kenaikan 30–35 persen selama periode Ramadan dan Lebaran.

Sinergi Peluang dan Tantangan Pasar

Di tengah panorama ini, para pelaku usaha di sektor kuliner dan ritel harus menyesuaikan strategi mereka dengan pendekatan ilmiah—mengaplikasikan konsep elastisitas permintaan dan penawaran untuk menanggapi fluktuasi harga. Sebagai contoh, kenaikan harga komoditas seperti ayam ras dan telur ayam, yang secara historis mengalami lonjakan di awal Ramadan, memberikan dampak signifikan terhadap indeks inflasi. Data historis menunjukkan bahwa, misalnya, harga telur ayam pernah naik hingga 9,4 persen pada bulan Maret, sebelum kembali mengalami deflasi menjelang Lebaran. Fenomena ini menggambarkan keseimbangan dinamis antara permintaan dan pasokan yang harus dikelola dengan kebijakan fiskal dan moneter yang terintegrasi.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur juga menunjukkan sinyal positif. Proyeksi pertumbuhan mencapai 5,5 persen pada tahun 2025, dengan sektor perdagangan, akomodasi, serta makanan dan minuman sebagai pilar utama. Data penjualan eceran pada triwulan I 2025 mencatat peningkatan sekitar 3,45 persen secara year-on-year, mengindikasikan adanya pergeseran positif meski terdapat tantangan dalam stabilisasi harga.

Di balik deretan angka ini, tersimpan potensi ekonomi yang harus dioptimalkan melalui kolaborasi lintas sektoral, mulai dari inovasi digital hingga pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dalam sistem distribusi.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments