Minggu, Mei 18, 2025
spot_img
BerandaPropertiOkupansi Menurun, Ini Yang Musti Dilakukan Mall Jakarta & Surabaya

Okupansi Menurun, Ini Yang Musti Dilakukan Mall Jakarta & Surabaya

Mall perkotaan telah berevolusi menjadi destinasi pariwisata urban sekaligus ruang gaya hidup bagi berbagai segmen masyarakat. Mall tidak hanya berfungsi sebagai pusat belanja, tetapi juga sebagai tempat rekreasi, kuliner, dan pengalaman budaya yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Data okupansi rata-rata mal di Jakarta dan wilayah sekitarnya (Greater Jakarta) meningkat bertahap dari 77,4 % pada 2022 menjadi 78,6 % pada 2023 dan 79,1 % di kuartal pertama 2024, dengan proyeksi mencapai hingga 90 % pada 2025 untuk beberapa portofolio pengembang besar seperti Pakuwon Jati.

Peningkatan okupansi ini didorong oleh optimalisasi segmen F&B, lifestyle, dan hiburan, mulai dari restoran bertema hingga taman bermain indoor, serta penyelenggaraan acara musiman seperti festival kuliner Ramadan.

Perkembangan mal di kota-kota besar Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh tren belanja, melainkan juga oleh kebutuhan akan ruang publik multifungsi yang mengakomodasi gaya hidup modern dan kegiatan wisata urban. Seiring urbanisasi yang semakin cepat, mal turut berperan sebagai pusat aktivitas sosial, budaya, dan rekreasi. Integrasi fungsi ini memperkuat relevansi mal dalam sektor pariwisata dan gaya hidup kontemporer, menjadikannya objek studi penting bagi pemangku kepentingan properti dan pariwisata.

Pariwisata dan Gaya Hidup di Mal Perkotaan mejadi hal yang tidak dapat dipisahkan. Sampai saat ini mal sebagai destinasi wisata urban masih relevan.

  • Ruang Rekreasi dan Entertainment: Mall kontemporer dilengkapi atrium luas, area permainan tematik, dan bioskop premium, menarik wisatawan yang mencari alternatif rekreasi indoor.
  • Festival dan Acara Budaya: Banyak mall menyelenggarakan bazar kuliner, pameran seni, dan pertunjukan musik, sehingga menjadi bagian dari kalender wisata kota.
  • Pengalaman Kuliner dan Lifestyle: Segmen F&B mendominasi okupansi mal, mencapai lebih dari 80 % pada 2024, dengan hadirnya kafe bertema, street food internasional, dan resto fine-dining dalam satu atap.

Ada beberapa contoh yang dapat dijadikan contoh kongkret, keberadaan mal tidak hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi menjadi tempat beraktivitas dan melakukan gaya hidup perkotaan.

Pertama, Mal Sarinah, Jakarta Pusat. Mall pertama di Indonesia ini kini menjadi landmark heritage sekaligus pusat gaya hidup urban, dengan galeri seni, toko suvenir, dan ruang pameran budaya.

Kedua, Pondok Indah Mall, merupakan superpark taman bermain indoor bertema Finlandia yang menyasar keluarga dan wisatawan, memperkaya pengalaman rekreasi dalam mal.

Ketiga, Ramadan di Mall of Indonesia. Aktivitas buka puasa bersama, bazar kuliner, dan penataan dekorasi tematik yang meningkatkan kunjungan malam hari selama Ramadan menjadi event yang ditawarkan oleh pengembang untuk menarik para pelanggan mal.

Berikutnya, yang keempat ada Plaza Indonesia, Goldfield & Banks. Selain itu, peluncuran merek parfum internasional dengan konsep experiential retail, menyasar wisatawan kelas menengah atas.

Data Tingkat Okupansi Mal (2022–2025)

Okupansi Menurun, Ini Yang Musti Dilakukan Mall Jakarta & Surabaya

Dari data-data diatas dapat ditarik kesimpulan jika terjadi pemulihan pasca-pandemi pada 2022. Setelah turun di bawah 70 % selama puncak pandemi, okupansi mal menunjukkan tren pemulihan stabil hingga mendekati 80 % pada 2024, didukung pelonggaran kebijakan PPKM dan kebangkitan konsumsi domestik.

Selain itu, terjadi diversifikasi tenant. Keberhasilan segmen F&B dan lifestyle terpantau dengan hadirnya banyak brand internasional (Flying Tiger, Urban Republic, Pincho), yang meningkatkan daya tarik mal sebagai destinasi wisata urban.

Kemudian, teknologi dan pengalaman menjadi kata kunci dalam perkembangan Mall. Beberapa Mall modern semakin mengadopsi teknologi (apps loyalty, peta digital) dan experiential retail (VR, pop-up stores) untuk memenuhi harapan wisatawan millennial dan Gen Z.

Dikemudian hari, diperkirakan ada tantangan oversupply. Masuknya sejumlah mal baru pada 2024–2025 di Jakarta dapat menekan okupansi rata-rata, sehingga pengelola perlu strategi diferensiasi dan event programming untuk mempertahankan tingkat keterisian.

Lantas, ada beberapa potensi pada 2025 yang sempat terpotret. Proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar 5 %–5,5 % serta kebijakan insentif investasi di kawasan wisata diperkirakan akan mendukung peningkatan okupansi mal dan memperkuat peran mal sebagai destinasi wisata hybrid di perkotaan.

Sementara itu, tingkat okupansi mall di Surabaya menunjukkan tren pemulihan pasca-pandemi, meningkat dari sekitar 70 % pada 2022 menjadi 72,1 % pada Q2 2023, lalu mencapai 72,5 % pada H2 2024, dengan proyeksi mencapai 76 % di tahun 2025.

Namun, terdapat disparitas antar-wilayah di kota Surabaya pada Q4 Tahun 2023, Surabaya Tengah dan Barat mencatat okupansi premium masing-masing hampir 90 % dan 85 %, sedangkan wilayah Timur (≈70 %), Selatan (≈60 %), dan Utara (≈40 %) masih tertinggal.

Faktor pendorong utama adalah dominasi tenant food & beverage, acara tematik, dan strategi experiential retail, namun tantangan oversupply dan persaingan antar mall baru memerlukan diferensiasi konsep dan event programming.

Data Rata-Rata Okupansi Mal Surabaya (2022–2025)

Okupansi Menurun, Ini Yang Musti Dilakukan Mall Jakarta & Surabaya

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments