Menilik Potensi Usaha di Tengah Semangat Ramadan 2025 di Kawasan Religius Jawa Timur Ramadan 2025, yang jatuh pada bulan Maret, menyulam harmoni antara kesucian spiritual dan dinamika ekonomi. Di balik sorotan lilin dan lantunan ayat suci Al-Qur’an, tersimpan pula peluang usaha yang menggiurkan, khususnya di sektor Fashion dan kuliner.
Tradisi membeli pakaian baru sebagai simbol pembaruan dan keyakinan, serta budaya berbagi takjil dan makanan buka puasa, menyulut gairah konsumen yang memadukan nilai religius dengan keinginan estetika. Kawasan religius di Jawa Timur, mulai dari Masjid Agung Surabaya, Makam Sunan Ampel, hingga Makam Sunan Bonang di Tuban, menjadi saksi bisu arus para jama’ah dan wisatawan yang mendambakan sentuhan spiritual sekaligus pengalaman berbelanja yang istimewa.
Usaha Fashion: Menyulam Identitas Lewat Busana Baru
Di kala Ramadan menyapa, tradisi mengenakan busana baru kian mencuat sebagai simbol pembaruan diri dan penghormatan pada nilai keagamaan. Data dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia menunjukkan bahwa permintaan produk tekstil dan garmen dapat meningkat hingga sekitar 30 persen selama Ramadan, mencerminkan semangat optimisme dan perayaan yang menguatkan identitas budaya.
Lebih dari itu, dalam ekosistem digital yang kian meroket, permintaan busana muslim melalui platform online dilaporkan meroket hingga 300 persen menjelang Ramadan. Hal ini jelas membuka cakrawala baru bagi para pelaku usaha untuk berinovasi dan melayani segmen pasar yang semakin dinamis.
Strategi pemasaran yang cerdas, seperti kolaborasi dengan influencer dan optimalisasi toko daring, dapat mengukir keunggulan kompetitif. Para desainer lokal pun dituntut untuk menyematkan nilai-nilai tradisi dalam setiap helai kain, sehingga busana yang dihasilkan tidak sekadar memenuhi kebutuhan fungsional, melainkan juga merayakan kekayaan budaya nusantara.
Usaha Kuliner: Melodi Rasa Takjil dan Kenikmatan Berbuka Puasa
Seiring senja menyambut waktu berbuka, pasar kuliner turut berbicara dalam bahasa kelezatan. Tradisi membeli takjil dan berbagi hidangan buka puasa telah menjadi ritual yang mengikat masyarakat dalam semangat kebersamaan.
Laporan dari sejumlah pelaku UMKM Pahlawan Ekonomi Surabaya mengindikasikan bahwa volume transaksi di sektor makanan dan minuman cenderung mengalami kenaikan antara 20 hingga 25 persen selama Ramadan. Peningkatan ini tak hanya didorong oleh kebutuhan praktis, melainkan juga oleh keinginan untuk menikmati sajian yang menggugah selera, mulai dari es campur segar hingga opor ayam penuh cita rasa.
Inovasi di bidang kuliner, seperti konsep food truck bertema religi atau gerai khusus yang mengusung nuansa tradisional, dapat memberikan nilai tambah. Penggunaan bahan lokal dan resep turun-temurun menjadi kunci untuk menyulap hidangan yang tidak hanya lezat, tetapi juga sarat makna budaya.