Bulan Ramadan, momen suci yang menyatukan ibadah dan harapan akan berkah, kini telah berubah menjadi lahan subur bagi para pelaku usaha. Di balik kesucian puasa terdapat dinamika ekonomi yang kian menggeliat, di mana permintaan masyarakat meningkat drastis. Peluang usaha pun merebak, dari penjualan takjil sederhana hingga busana muslim yang penuh gaya, menyulap tradisi menjadi potensi pasar yang menguntungkan.
Konsumsi Digital dan Lonjakan Penggunaan Data Seluler
Merujuk pada Databoks.Katadata.co.id, Penggunaan layanan berbasis data di bulan Ramadan 2024 meningkat lebih dari 40 persen dibandingkan hari-hari biasa. Lonjakan ini mencerminkan betapa masyarakat kini mengandalkan konektivitas digital, baik untuk komunikasi, hiburan, maupun transaksi online selama bulan suci, di mana kebutuhan akan panggilan, pesan, dan akses konten digital melejit drastis.
Peningkatan ini juga sejalan dengan proyeksi yang ditampilkan oleh Databoks, yang mencatat kenaikan konsumsi layanan seluler hingga 43 persen selama Ramadan 2024, menegaskan bahwa transformasi digital telah merambah ke seluruh aspek kehidupan umat.
Revitalisasi Ekonomi Nasional di Tahun 2025
Memasuki tahun 2025, momentum Ramadan diharapkan menjadi katalisator kebangkitan ekonomi nasional. Dengan pergeseran pola konsumsi yang kian dinamis dan dukungan dari sektor digital. Menurut data yang dihimpun dari Fiskal.Kemenkeu.go.id, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional selama Ramadan 2025 diperkirakan dapat memberikan kontribusi tambahan sekitar 5–7 persen terhadap omset di sektor ritel dan UMKM.
Kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif, didukung oleh program-program pemerintah seperti stimulus belanja dan pemberian THR, juga berperan penting mendorong perputaran ekonomi. Data dari Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal Kemenkeu menyatakan bahwa sinergi antara pengeluaran pemerintah dan peningkatan konsumsi domestik dapat memperkokoh fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Peningkatan Konsumsi Makanan, Minuman, Fashion, dan BBM
Selama Ramadan, pola konsumsi masyarakat menunjukkan peningkatan signifikan dalam berbagai sektor. Diantaranya, Sektor Makanan dan Minuman. Data dari Aprindo mengungkapkan bahwa penjualan makanan mengalami kenaikan antara 30 persen hingga 40 persen selama Ramadan, seiring dengan meningkatnya permintaan takjil dan paket buka puasa.
Sektor Fashion Islami. Di ranah digital, tren pencarian produk seperti “baju muslim” melonjak sekitar 25–30 persen menjelang Lebaran, yang menunjukkan minat tinggi konsumen terhadap inovasi desain dan penawaran busana yang kontemporer.
Sektor Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan aktivitas pengiriman dan distribusi logistik di bulan Ramadan juga mendorong konsumsi BBM, dengan proyeksi kenaikan sekitar 10–15 persen guna mendukung peningkatan volume pengiriman serta kebutuhan operasional usaha kecil dan menengah.
Di sektor kebutuhan tambahan lainnya juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Selain itu, data survei pasar menunjukkan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga tambahan, seperti perlengkapan ibadah dan produk custom untuk Lebaran, turut meningkat sekitar 20–25 persen.