Di tengah dinamika global yang semakin kompetitif, Jawa Timur tampil sebagai panggung utama transformasi ekonomi dengan ragam sektor yang berkembang pesat. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik dalam bentuk triwulanan maupun menurut lapangan usaha, menjadi cermin yang menampilkan kompleksitas serta kekayaan struktur ekonomi daerah. Dalam artikel ini, kita menyelami jejak pertumbuhan ekonomi, mengelompokkan wilayah berdasarkan basis sektoral, mengukur pendapatan per kapita, dan meramalkan arah masa depan, khususnya di jantung perekonomian Surabaya dan Sidoarjo.
Kontribusi Sektor dalam Pembangunan Ekonomi
Data PDRB provinsi menunjukkan pergeseran struktural yang signifikan selama periode 2019–2023. Secara kuantitatif, sektor tersier, yang mencakup perdagangan, jasa, keuangan, dan sektor layanan lainnya, menyumbang sekitar 55 persen hingga 60 persen dari total PDRB. Hal ini menunjukkan dominasi sektor jasa yang tidak hanya mendorong pertumbuhan riil ekonomi tetapi juga mempercepat inovasi serta digitalisasi dalam aktivitas ekonomi. Di sisi lain, sektor sekunder, yang meliputi industri pengolahan dan manufaktur, menyumbang sekitar 25 persen – 30 persen.
Sementara sektor primer (pertanian, perikanan, dan kehutanan), walaupun secara absolut masih signifikan terutama di daerah pedesaan, berkontribusi relatif lebih kecil, yakni sekitar 15 persen – 20 persen dari total PDRB. Data tersebut mengindikasikan bahwa, secara struktural, pergeseran ke arah ekonomi berbasis jasa telah terjadi seiring dengan peningkatan urbanisasi dan investasi pada sektor teknologi dan layanan.
Pengelompokan Wilayah Berdasarkan Basis Sektoral
Dalam peta ekonomi Jawa Timur, keberagaman basis sektoral antar daerah menjadi kunci dalam perencanaan pembangunan:
1. Wilayah Primer: Beberapa kabupaten yang memiliki basis agraris dan pesisir, seperti di daerah pedesaan dan wilayah dengan potensi perikanan melimpah, masih sangat bergantung pada sektor primer. Di wilayah ini, kegiatan pertanian tradisional dan perikanan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, meskipun produktivitasnya cenderung lebih rendah.
2. Wilayah Sekunder: Kabupaten-kabupaten dengan konsentrasi industri, misalnya Sidoarjo dan sekitarnya, telah mengembangkan sektor industri pengolahan serta manufaktur. Di sini, industrialisasi telah mendorong penciptaan lapangan kerja yang relatif produktif, dengan kontribusi sektor sekunder mencapai kisaran 40 persen dari PDRB lokal.
3. Wilayah Tersier: Kota-kota besar seperti Surabaya, bersama dengan beberapa kota penunjang lainnya, menonjol dengan dominasi sektor tersier. Struktur ekonomi di wilayah ini didorong oleh perdagangan modern, jasa keuangan, dan layanan kreatif, yang menyumbang hingga 65% dari total PDRB, mencerminkan tren urbanisasi dan kemajuan teknologi.
Pengukuran Pendapatan Per Kapita, Indeks Kesejahteraan Regional
Pendapatan per kapita yang diukur dari PDRB memberikan gambaran jelas mengenai kesejahteraan masyarakat. Data menunjukkan adanya tren peningkatan yang konsisten, dengan pertumbuhan rata-rata tahunan berkisar antara 5% hingga 7%. Peningkatan ini merupakan hasil dari diversifikasi ekonomi yang berhasil mengalihkan basis produksi dari sektor primer menuju industri dan jasa, yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Secara ilmiah, elastisitas pendapatan per kapita yang meningkat menandakan adanya pergeseran ke arah ekonomi modern yang lebih berorientasi pada inovasi dan efisiensi.