Kamis, Juli 10, 2025
spot_img
BerandaMediaKenaikan Harga Batu Bara Per Mei 2025 Hanya Sementara?

Kenaikan Harga Batu Bara Per Mei 2025 Hanya Sementara?

Harga batu bara global mengalami pembalikan tren pada Mei 2025 setelah periode penurunan panjang, dengan kontrak berjangka Newcastle mendekati level USD100 per ton. Kenaikan ini terjadi di tengah dinamika pasar yang kompleks, di mana Afrika Selatan memegang peran penting sebagai produsen dan konsumen batu bara terbesar di benua Afrika. Analisis berikut menguraikan faktor-faktor di balik kenaikan harga terkini, keterkaitannya dengan pasar Afrika Selatan, serta proyeksi tren harga hingga awal 2026.

Harga kontrak berjangka batu bara Newcastle mencatat kenaikan mendekati level USD 100 per ton pada Mei 2025, setelah sebelumnya menyentuh titik terendah dalam empat tahun di angka USD93,7 pada 23 April 2025. Meskipun terjadi kenaikan jangka pendek ini, secara keseluruhan harga batu bara masih berada dalam tren menurun dengan penurunan hingga 20 persen sepanjang tahun 2025.

Salah satu faktor utama pendorong kenaikan harga pada Mei 2025 adalah gangguan pasokan jangka pendek akibat cuaca ekstrem di Australia. Whitehaven Coal, produsen batu bara besar Australia, melaporkan aktivitas ekspor terganggu selama kuartal I 2025 karena kondisi cuaca buruk yang melanda wilayah tambangnya. Gangguan ini memicu kekhawatiran pasar terkait pasokan global, mendorong harga batu bara naik dalam beberapa pekan terakhir menjelang pertengahan Mei 2025.

Meskipun ada kenaikan jangka pendek, tren penurunan harga batu bara secara keseluruhan disebabkan oleh beberapa faktor struktural, termasuk transisi energi global. Beralihnya porsi pembangkit listrik dunia ke energi terbarukan menekan permintaan batu bara. Faktor berikutnya adalah perubahan pola konsumsi Tiongkok. Output listrik berbasis bahan bakar fosil di Tiongkok anjlok 4,7 persen secara tahunan pada kuartal pertama 2025. Faktor lain yang mempengaruhi adalah musim dingin yang lebih hangat. Menurunnya permintaan untuk pemanas di Tiongkok menyusul musim dingin yang lebih hangat dari biasanya.

Penurunan permintaan Tiongkok sebagai konsumen batu bara terbesar dunia terlihat dari data impor batu bara termal yang tercatat turun 13,1 persen menjadi 91,5 juta ton hingga April 2025.

Afrika Selatan memainkan peran penting dalam dinamika pasar batu bara global, baik sebagai produsen maupun konsumen signifikan. Produksi batu bara Afrika Selatan mengalami peningkatan marjinal selama dua tahun terakhir, mencapai 234 juta ton pada 2024. Pada Maret 2025, negara ini mengekspor total 6,55 juta ton batu bara, menunjukkan peningkatan 5,54% dibandingkan tahun sebelumnya dan 12,37% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ekspor ini menunjukkan bahwa Afrika Selatan berperan sebagai pemasok penting dalam pasar batu bara global.

Afrika Selatan merupakan konsumen batu bara terbesar di benua Afrika, menyumbang 86% dari total konsumsi batu bara benua pada 2023. Konsumsi batu bara negara ini meningkat menjadi 165 juta ton pada 2024 karena perbaikan aktivitas ekonomi dan berkurangnya pemadaman listrik.

Meskipun demikian, terdapat upaya transisi energi yang tercermin dari menurunnya penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik. Menurut data dari Electricity Data Explorer, Ember, batu bara menyumbang 74,31 persen dari pembangkitan listrik Afrika Selatan pada Januari 2025, yang merupakan rekor terendah. Penurunan ini mencerminkan tren penurunan pangsa batu bara dalam bauran energi nasional dan merupakan langkah positif untuk mengurangi emisi.

Saat ini Afrika Selatan memiliki 16 proposal proyek untuk tambang batu bara (sebagian besar termal) dengan kapasitas agregat 44 juta ton per tahun. IEA memproyeksikan bahwa pertumbuhan permintaan listrik yang kuat akan menciptakan ruang untuk pembangkit berbahan bakar batu bara tambahan sebesar 14 TWh di Afrika Selatan selama tiga tahun ke depan.

Kebijakan terkait pembangkit listrik tenaga batu bara juga memengaruhi prospek permintaan, dengan tiga pembangkit listrik berkapasitas 4,5GW yang semula dijadwalkan ditutup pada 2027 akan tetap beroperasi setidaknya hingga 2030. Akibatnya, IEA memproyeksikan konsumsi batu bara Afrika Selatan untuk pembangkit listrik akan meningkat menjadi 124 juta ton pada 2027.

Afrika Selatan memainkan peran penting dalam dinamika harga batu bara global melalui beberapa mekanisme. Diantaranya, pengaruh sebagai eksportir signifikan. Sebagai eksportir batu bara signifikan dengan volume ekspor yang meningkat, Afrika Selatan berkontribusi pada pasokan global. Peningkatan ekspor batu bara Afrika Selatan sebesar 12,37% pada Maret 2025 dibandingkan bulan sebelumnya menunjukkan peran pentingnya dalam memengaruhi keseimbangan pasokan-permintaan global.

Meskipun berpotensi meningkatkan produksi, Afrika Selatan menghadapi tantangan serius dalam infrastruktur. Jaringan listrik yang tidak stabil dan gangguan transportasi batu bara akibat masalah pada Transnet (perusahaan transportasi milik negara) membatasi kemampuan negara ini untuk mengoptimalkan produksi dan ekspornya. Gangguan ini mencakup tabrakan, kegagalan peralatan, pencurian kabel, kereta tergelincir, pemadaman listrik, dan peningkatan biaya.

Kebijakan Afrika Selatan terkait pembangkit listrik tenaga batu bara memengaruhi permintaan domestik dan, pada gilirannya, jumlah batu bara yang tersedia untuk ekspor. Keputusan untuk memperpanjang masa operasi pembangkit listrik tenaga batu bara hingga 2030 akan meningkatkan konsumsi domestik, potensial mengurangi volume ekspor, dan dengan demikian memengaruhi harga global.

Berdasarkan data dan tren yang tersedia, berikut proyeksi untuk harga batu bara pada akhir 2025 dan awal 2026.

Pertama, faktor-faktor yang akan memengaruhi harga. Transisi Energi Global. Berlanjutnya pergeseran global menuju energi terbarukan akan terus menekan permintaan batu bara. Pangsa batu bara dalam pembangkitan listrik Afrika Selatan yang menurun menjadi 74,31% pada Januari 2025 mencerminkan tren global ini. Kapasitas Produksi Baru. Proyek-proyek batu bara di Afrika Selatan dengan kapasitas agregat 44 juta ton per tahun dapat meningkatkan pasokan global, yang berpotensi menekan harga jika permintaan tidak tumbuh secara proporsional.

Permintaan dari Negara Berkembang. Meskipun terjadi penurunan permintaan dari beberapa pasar utama seperti Tiongkok dan India, permintaan batu bara di Afrika diproyeksikan meningkat moderat menjadi 203 juta ton per tahun pada 2027, yang dapat memberikan dukungan terbatas pada harga.

Kondisi Cuaca dan Gangguan Pasokan. Kejadian seperti gangguan pasokan Australia pada awal 2025 dapat terjadi lagi, menyebabkan lonjakan harga jangka pendek.

Kedua, proyeksi tren harga. Berdasarkan faktor-faktor di atas, harga batu bara kemungkinan akan mengikuti pola berikut.

Diprediksi, akhir 2025, harga batu bara diperkirakan akan kembali ke tren penurunan setelah lonjakan jangka pendek pada Mei 2025. Dengan tekanan berkelanjutan dari transisi energi global dan pertumbuhan kapasitas produksi baru, harga kemungkinan akan berkisar antara USD 85-95 per ton menjelang akhir 2025.

Lalu, diprediksi pada awal 2026, harga batu bara kemungkinan akan terus mengalami tekanan turun, dengan kemungkinan fluktuasi jangka pendek akibat faktor musiman atau gangguan pasokan. Kisaran harga diperkirakan antara USD 80-90 per ton, dengan asumsi tidak ada gangguan pasokan besar atau perubahan kebijakan signifikan.

Kenaikan harga batu bara pada Mei 2025 terutama dipicu oleh gangguan pasokan jangka pendek dari Australia, bukan perubahan fundamental dalam dinamika permintaan-pasokan global. Meskipun Afrika Selatan memainkan peran penting dalam pasar batu bara global, tantangan infrastruktur membatasi kemampuannya untuk sepenuhnya mengeksploitasi posisinya sebagai produsen dan eksportir utama.

Tren jangka panjang untuk harga batu bara tetap menurun, didorong oleh transisi global menuju energi yang lebih bersih. Meskipun akan ada fluktuasi jangka pendek akibat gangguan pasokan atau faktor musiman, tekanan struktural pada permintaan batu bara kemungkinan akan terus menekan harga pada akhir 2025 dan awal 2026.

Para pemangku kepentingan di industri batu bara perlu mempertimbangkan tren jangka panjang ini dalam strategi investasi dan operasional mereka, sambil tetap waspada terhadap peluang jangka pendek yang mungkin muncul dari fluktuasi pasar atau gangguan pasokan.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments