Di tengah derasnya arus digitalisasi dan pertumbuhan perdagangan online, keberadaan pasar tradisional masih memiliki keunggulan yang tidak bisa diabaikan. Meski modernitas dan kemudahan bertransaksi secara digital semakin merambah kehidupan sehari-hari, pasar tradisional tetap menjadi pilihan utama banyak masyarakat. Hal ini tidak hanya karena faktor ekonomi, tetapi juga karena nilai-nilai sosial dan budaya yang telah tertanam sejak lama.
Pasar Tradisional, Lebih dari Sekadar Tempat Jual Beli
Pasar tradisional bukanlah sekadar lokasi untuk menukar barang dengan uang. Di ruang tersebut, interaksi langsung antara penjual dan pembeli menciptakan ikatan emosional dan kebersamaan yang sulit digantikan oleh transaksi digital. Aktivitas tawar-menawar yang penuh keakraban serta kehadiran nilai-nilai lokal menjadikan pasar tradisional sebagai “ruang budaya” di mana warisan kearifan lokal terus terjaga.
Transformasi Digital dan Kebutuhan Sehari-hari
Perkembangan teknologi telah membawa revolusi dalam cara berbelanja. Transaksi digital kini tidak lagi terbatas pada barang mewah atau non-kebutuhan; bahkan kebutuhan pokok sehari-hari seperti sembako, beras, sayur-sayuran, popok bayi, sabun mandi, dan sabun cuci telah mulai dipasarkan secara online. Ketersediaan aplikasi dan platform e‑commerce memberikan kemudahan serta kecepatan dalam melakukan transaksi, yang secara bertahap mengubah pola konsumsi masyarakat.
Meski demikian, data dari BPS dan analisis terkait menunjukkan bahwa nilai dan daya beli di pasar tradisional tetap kuat. Di berbagai wilayah di Jawa Timur, misalnya, sekitar 65 persen masyarakat masih rutin memilih pasar tradisional sebagai tempat berbelanja. Kebiasaan ini tidak hanya didorong oleh harga yang bersaing, tetapi juga karena nilai kepercayaan dan interaksi personal yang lebih hangat.
Data Daya Beli Masyarakat Dari Perspektif Pengeluaran Rumah Tangga Jawa Timur (2020–2023)
Berdasarkan laporan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2020 hingga 2023, terdapat beberapa tren penting yang mendasari daya beli masyarakat.
1. Konsistensi Pengeluaran untuk Kebutuhan Pokok: Data menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita untuk kelompok makanan, terutama bahan pokok seperti beras dan sayuran, cenderung stabil atau bahkan meningkat secara moderat. Hal ini mencerminkan bahwa meski terjadi dinamika ekonomi, masyarakat tetap mengutamakan kebutuhan dasar.
2. Diversifikasi Konsumsi: Selain makanan, pengeluaran untuk barang non-makanan juga menunjukkan tren peningkatan. Kenaikan ini di antaranya mencakup pembelian produk-produk kebutuhan sehari-hari seperti popok bayi, sabun mandi, dan sabun cuci. Data tersebut mengindikasikan adanya pergeseran pola konsumsi yang juga turut dipengaruhi oleh kehadiran e‑commerce.
3. Perbedaan Pola Pengeluaran di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan: Meskipun tren umum pengeluaran relatif stabil, terdapat perbedaan antara kawasan perkotaan dan pedesaan. Di kota-kota besar, akses terhadap pasar modern dan digital lebih mudah, namun banyak konsumen masih memilih pasar tradisional karena faktor keakraban dan nilai budaya.
Dari sisi daya beli, meskipun terjadi fluktuasi ekonomi global dan nasional, masyarakat Jawa Timur menunjukkan konsistensi dalam memenuhi kebutuhan pokok. Hal ini menggarisbawahi pentingnya peran pasar tradisional sebagai penopang ekonomi mikro yang tidak semata-mata ditentukan oleh tren digital.
Perkembangan E‑Commerce di Tengah Era Digital (2021–2023)
Laporan Statistik E‑Commerce dari BPS untuk tahun 2021 hingga 2023 memberikan gambaran bahwa perdagangan online mengalami pertumbuhan signifikan. Beberapa poin kunci dari data tersebut antara lain:
Pertumbuhan Jumlah Usaha dan Transaksi: Terdapat peningkatan jumlah usaha yang mengadopsi sistem penjualan online setiap tahunnya. Nilai transaksi e‑commerce juga menunjukkan kenaikan yang mengindikasikan semakin banyaknya masyarakat yang beralih ke belanja digital.
Perubahan Kategori Barang: Walaupun awalnya e‑commerce banyak digunakan untuk produk-produk non-kebutuhan pokok, data terbaru menunjukkan adanya pergeseran. Kini, transaksi digital semakin mencakup kebutuhan sehari-hari seperti sembako dan barang-barang rumah tangga lainnya.
Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Digital oleh Pelaku Usaha: Banyak pelaku usaha, termasuk yang awalnya hanya beroperasi di pasar tradisional, mulai mengintegrasikan teknologi digital untuk memperluas jangkauan pasar. Namun, tantangan seperti keterbatasan akses internet dan digital literacy di beberapa daerah masih menjadi kendala.
Meskipun pertumbuhan e‑commerce sangat pesat, data tersebut juga mengindikasikan bahwa pasar digital belum sepenuhnya menggantikan pasar tradisional. Hal ini terutama terjadi karena konsumen masih mengutamakan pengalaman berbelanja yang personal, interaksi langsung, dan kepercayaan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.