Terjadi pergeseran signifikan dalam preferensi konsumen Indonesia yang dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Berdasarkan data terkini hingga tahun 2025, konsumen semakin memprioritaskan kesehatan, keberlanjutan lingkungan, teknologi, dan efisiensi energi dalam keputusan pembelian mereka. Tren ini terlihat jelas di sektor properti dengan hadirnya konsep wellness living dan green property, peningkatan penjualan kendaraan listrik hingga 177%, serta integrasi teknologi pintar dalam berbagai produk konsumen. Laporan ini menganalisis bagaimana perubahan gaya hidup mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Indonesia berdasarkan data dan tren terkini.
Pada sektor Properti, perubahan terjadi. Dari Sekadar Hunian Menjadi Pusat Kesejahteraan. Kesadaran akan kesehatan dan keseimbangan hidup telah mengubah cara konsumen memandang properti. Konsep wellness living kini menjadi tren utama yang mentransformasi pasar properti Indonesia. Properti tidak lagi sekadar tempat berteduh, tetapi menjadi lingkungan yang dirancang khusus untuk mendukung kesehatan fisik dan mental penghuninya.
Berdasarkan data Global Wellness Institute, industri wellness real estat mengalami pertumbuhan luar biasa dari US$225 miliar pada 2019 menjadi US$438 miliar di tahun 2023, dan diproyeksikan akan melampaui US$913 miliar pada tahun 2028. Angka ini menunjukkan peningkatan kesadaran global terhadap pentingnya menciptakan lingkungan hidup yang mendukung kesehatan holistik.
Di Indonesia, khususnya di Bali, pengembang properti mulai mengadopsi konsep wellness sebagai nilai jual utama. CEO Oxo Group Indonesia, Johanness Weissenbaeck menyatakan bahwa masyarakat saat ini memprioritaskan gaya hidup yang sadar kesehatan dan membutuhkan ruang yang mendukung kesejahteraan fisik, mental, dan emosional. Pernyataan ini menggarisbawahi perubahan fundamental dalam preferensi konsumen properti.
Properti berkonsep wellness biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti area terbuka hijau, fasilitas olahraga, ruang meditasi, sistem ventilasi yang baik, pencahayaan alami optimal, dan material bangunan ramah lingkungan. Selain itu, konsep ini juga mengintegrasikan teknologi canggih yang memantau kesehatan penghuni, seperti sistem pemantauan kualitas udara, pengaturan suhu otomatis, dan penggunaan air yang efisien.
Selain konsep wellness, konsumen properti juga semakin menuntut produk yang menerapkan prinsip berkelanjutan (green sustainability). Pengembang properti melaporkan bahwa semakin hijau properti yang ditawarkan, nilai tambah dan peminatnya semakin besar. Hal ini menunjukkan pergeseran pola pikir konsumen yang kini lebih memprioritaskan aspek lingkungan dalam keputusan pembelian mereka.
Data menunjukkan bahwa 58% konsumen berinisiatif mengurangi limbah makanan pada 2023, dan 64% konsumen mulai tanggap lingkungan dengan memberikan dampak positif melalui kegiatan keseharian mereka[19]. Tren ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap praktik ESG (Environmental, Social, Governance) dalam investasi properti.
Meskipun biaya membangun rumah ‘hijau’ lebih tinggi 10-20% dibandingkan rumah konvensional, konsumen tetap menunjukkan minat yang besar terhadap properti jenis ini. Hal ini mencerminkan perubahan persepsi nilai di mana kesediaan membayar lebih tinggi untuk produk yang berkelanjutan menjadi tren baru di pasar properti.
Pandemi COVID-19 juga telah mengubah preferensi konsumen properti. Produk terlaris yang dilaporkan oleh pengembang adalah rumah yang didesain tanggap pandemi, di mana kegiatan manusia lebih fokus pada aktivitas online. Rumah-rumah di BSD City, misalnya, sengaja didesain dengan ruang khusus untuk online working atau online study, serta area penerimaan barang di luar rumah. Desain ini mencerminkan adaptasi terhadap gaya hidup yang lebih berbasis digital pasca-pandemi.
Disisi lain, gaya hidup hemat energi juga berpengaruh terhadap peningkatan pembelian kendaraan listrik. Kesadaran lingkungan dan efisiensi energi juga mendorong peningkatan signifikan dalam pembelian kendaraan listrik di Indonesia. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik nasional mencapai 23.045 unit pada Januari-Agustus 2024, meningkat tajam 177,32% year-on-year dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang hanya 8.310 unit.
Kontribusi mobil listrik terhadap total penjualan wholesales mobil nasional juga meningkat mencapai 4,11% hingga Agustus 2024. Ini menunjukkan perubahan signifikan dalam preferensi konsumen otomotif yang semakin mengarah pada pilihan ramah lingkungan.
Ketua I GAIKINDO Jongkie Sugiarto mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan mobil listrik sangat terbantu oleh kebijakan insentif pajak dari pemerintah, seperti PPN satu persen dan pembebasan bea masuk serta PPnBM impor. Insentif ini berdampak pada penurunan harga jual mobil listrik, yang pada gilirannya mendorong lebih banyak konsumen untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Bertambahnya model dan merek baru juga menjadi faktor pendorong penjualan mobil listrik. Saat ini terdapat 18 merek yang memasarkan mobil listrik di Indonesia, baik yang diproduksi lokal maupun impor. Wuling Binguo EV menjadi mobil listrik terlaris di Indonesia periode Januari-Agustus 2024 dengan penjualan wholesales mencapai 3.876 unit, diikuti oleh Chery Omoda E5 dengan 3.485 unit, dan BYD Seal dengan 3.240 unit.
Dominasi merek-merek China dalam pasar mobil listrik Indonesia menunjukkan bahwa faktor harga masih sangat berperan penting bagi konsumen, terlepas dari gaya hidup ramah lingkungan yang ingin diadopsi. Para produsen otomotif China mampu menawarkan teknologi mobil listrik canggih dengan harga yang relatif lebih terjangkau, yang sejalan dengan preferensi konsumen Indonesia yang menginginkan teknologi modern dengan harga yang masih dalam jangkauan.
Teknologi dan Kecerdasan Buatan dalam Keputusan Pembelian
Perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Data menunjukkan bahwa sekitar 72% konsumen mengandalkan teknologi AI untuk menunjang aktivitas mereka. Ini mengindikasikan perubahan gaya hidup yang semakin terintegrasi dengan teknologi.
Dalam konteks properti, sebanyak 42% konsumen menyatakan lebih nyaman ketika ditawarkan rumah yang dilengkapi dengan teknologi pintar sesuai preferensi dan kebutuhan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam produk sehari-hari, termasuk hunian, telah menjadi faktor penting dalam keputusan pembelian konsumen modern.
Segmentasi Konsumen Berdasarkan Usia dan Daya Beli
Generasi milenial masih menjadi ceruk pasar terbesar hingga tahun 2045, dengan segmentasi usia pembeli properti pada rentang 27-32 tahun dan 39-42 tahun. Untuk kelompok usia 27-32 tahun, daya beli cenderung pada segmen properti senilai Rp1,5-2 miliar, sedangkan untuk usia 39-42 tahun berkisar antara Rp2,5-4 miliar.
Segmentasi ini penting untuk memahami bagaimana berbagai kelompok usia merespons perubahan gaya hidup dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Milenial dan generasi yang lebih muda cenderung lebih cepat mengadopsi gaya hidup berkelanjutan dan terintegrasi teknologi, yang tercermin dalam preferensi produk mereka.
Tren Wellness Industry yang Berkembang Pesat
Seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan, tren wellness industry juga mengalami pertumbuhan signifikan. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai produk wellness salah satu pengembang properti yang naik 21% dari tahun 2021 hingga 2023, dari sekitar Rp279,4 miliar menjadi nilai yang lebih tinggi di tahun 2023.
Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya permintaan akan produk dan layanan yang mendukung gaya hidup sehat, mulai dari properti, makanan, hingga layanan kebugaran. Masyarakat semakin menyadari pentingnya investasi untuk kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang, yang tercermin dalam pola konsumsi mereka.
Gaya hidup hemat dan cerdas finansial (frugal living) berdampak positif signifikan terhadap investasi, antara lain.
Peningkatan Tabungan dan Dana Investasi. Dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, seseorang memiliki lebih banyak dana yang bisa dialokasikan untuk menabung dan berinvestasi, sehingga mempercepat pencapaian tujuan keuangan jangka panjang seperti membeli rumah atau mempersiapkan dana pensiun.
Pengelolaan Keuangan Lebih Baik dan Skala Prioritas. Gaya hidup hemat mengajarkan pengelolaan uang secara bijak dengan mengutamakan kebutuhan daripada keinginan, sehingga dana dapat dialokasikan secara efisien untuk investasi yang memberikan manfaat jangka panjang.
Menghindari Utang dan Meningkatkan Ketahanan Finansial. Dengan menabung terlebih dahulu sebelum membeli, orang yang menjalani gaya hidup hemat cenderung terhindar dari utang yang tidak perlu, sehingga kondisi keuangan lebih stabil dan siap menghadapi situasi darurat.
Mempercepat Kebebasan Finansial. Dengan disiplin menghemat dan berinvestasi, tujuan finansial dapat tercapai lebih cepat, memberikan kebebasan finansial untuk memenuhi kebutuhan dasar dan mengejar impian tanpa ketergantungan pada penghasilan aktif.
Pengurangan Stres dan Kesehatan Mental Lebih Baik. Hidup hemat mengurangi tekanan finansial dan stres yang biasanya muncul akibat gaya hidup boros, sehingga mendukung kesehatan mental yang lebih baik dan fokus pada tujuan investasi jangka panjang.
Singkatnya, gaya hidup hemat dan cerdas finansial memungkinkan individu untuk mengalokasikan sumber daya keuangan secara optimal, memperkuat posisi investasi, dan membangun masa depan finansial yang lebih aman dan terencana.
Perubahan gaya hidup telah memberikan dampak signifikan terhadap pola pembelian produk di Indonesia. Konsumen semakin mengedepankan nilai-nilai kesehatan, keberlanjutan lingkungan, efisiensi energi, dan integrasi teknologi dalam keputusan pembelian mereka. Hal ini terlihat jelas dalam tren properti berbasis wellness dan berkelanjutan, peningkatan pembelian kendaraan listrik, serta adopsi produk berbasis teknologi.
Bagi produsen dan pemasar, memahami perubahan gaya hidup ini sangat penting untuk mengembangkan produk yang relevan dan strategi pemasaran yang efektif. Konsumen Indonesia saat ini tidak hanya mempertimbangkan harga dan fungsi dasar, tetapi juga nilai tambah yang diberikan produk terhadap kesehatan, kelestarian lingkungan, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Di masa depan, dapat diperkirakan bahwa tren ini akan terus berkembang, dengan meningkatnya kesadaran konsumen dan dukungan kebijakan pemerintah untuk gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan sehat. Produsen yang mampu beradaptasi dengan perubahan ini akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar Indonesia yang terus berkembang.