Peningkatan mobilitas masyarakat menjelang Hari Raya Idul Adha 2025 menjadi fenomena yang signifikan di berbagai sektor transportasi Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), PT Kereta Api Indonesia (KAI), Pelindo Multi Terminal, dan operator transportasi lainnya, terlihat pola lonjakan penumpang dan barang yang dipengaruhi oleh faktor libur panjang, tradisi mudik, dan aktivitas ekonomi terkait perayaan. Laporan ini menganalisis dinamika transportasi darat, laut, dan udara dengan memadukan data kuantitatif, tren historis, serta kebijakan operasional yang diterapkan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan.
Transportasi darat saat ini sangat didominasi oleh kereta api dan jalan tol. Tren peningkatan penumpang Kereta Api terdokumentasi mejelang Hari Raya Idul Adha 2025. PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 1 Jakarta mencatat lonjakan pemesanan tiket kereta api mencapai 129.323 pelanggan untuk periode keberangkatan 4–9 Juni 2025. Stasiun Pasar Senen menjadi titik keberangkatan tersibuk dengan 59.602 pemesanan, diikuti oleh Stasiun Gambir (36.027) dan Bekasi (15.740). Tanggal 5 Juni 2025 menjadi puncak keberangkatan dengan 39.439 penumpang, didorong oleh penjadwalan libur yang memungkinkan masyarakat menggabungkan cuti bersama dengan hari raya. Untuk mengakomodasi permintaan, KAI menambahkan 9 perjalanan kereta jarak jauh pada rute strategis seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung. Langkah ini sejalan dengan peningkatan jumlah penumpang kereta komuter di Banten, yang naik 4% secara quarter-to-quarter (q-to-q) dan 19% year-on-year (y-on-y) pada triwulan II-2024.
Terkait arus kendaraan di jalan tol, meskipun data resmi Jasa Marga untuk 2025 belum tersedia, pola historis menunjukkan bahwa arus mudik Idul Adha cenderung terkonsentrasi pada jalur-jalur utama seperti Trans Jawa dan Tol Jakarta-Merak. Pada 2024, Jasa Marga memprediksi 842.227 kendaraan meninggalkan Jabodetabek selama periode libur. Prediksi ini dapat menjadi acuan untuk memahami kapasitas jalan tol dalam menghadapi peningkatan serupa di 2025, terutama mengingat pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang naik 4% untuk sepeda motor dan penurunan 13% untuk mobil pada triwulan II-2024.
Transportasi laut saat ini sedang dalam mode antisipasi lonjakan penyeberangan dan angkutan barang. Aktivitas penyeberangan di pelabuhan utama seperti yang direkam oleh Pelindo Multi Terminal melayani 791.516 penumpang selama periode Lebaran 2025, meningkat 6% dari tahun sebelumnya. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun menjadi yang tersibuk dengan 270.627 penumpang, diikuti oleh Tanjungpinang (250.887) dan Parepare (97.174). Lonjakan ini sejalan dengan data BPS yang menunjukkan peningkatan penumpang angkutan laut dalam negeri sebesar 23,9% pada Maret 2025 dibandingkan Februari. Di Merak, aktivitas penyeberangan meningkat 50% secara q-to-q dan 3% y-on-y, dengan jumlah kendaraan yang diangkut naik 40% (q-to-q) dan 4% (y-on-y). Data ini mengindikasikan bahwa transportasi laut tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang membawa kendaraan pribadi atau barang dalam jumlah besar.
Angkutan barang melalui jalur laut masih menjadi pilihan utama. Meskipun laporan BPS lebih fokus pada penumpang, peningkatan angkutan kendaraan di Merak (termasuk truk pengangkut barang) turut berkontribusi pada distribusi komoditas menjelang Idul Adha. Pada April 2024, angkutan barang menggunakan kereta api tercatat naik 2,19%, yang mungkin mencerminkan kebutuhan logistik untuk hewan kurban dan bahan pangan. Meski data 2025 belum dirilis, pola serupa dapat diasumsikan terjadi mengingat konsistensi permintaan selama musim liburan.
Transportasi udara, variasi regional dan kapasitas terbatas
Bandara Soekarno-Hatta mencatat kenaikan penumpang 12% secara q-to-q dan 6% y-on-y pada triwulan II-2024. Tren ini diperkirakan berlanjut pada 2025, meskipun belum ada data resmi yang dirilis. Peningkatan ini didukung oleh kapasitas maskapai yang menambah frekuensi penerbangan domestik dan internasional selama musim puncak.
Berbeda dengan Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) Palembang memperkirakan tidak ada lonjakan signifikan penumpang selama Idul Adha 2025. Manajemen bandara memproyeksikan hanya 9.000–10.000 penumpang dengan 60–70 pergerakan pesawat, mirip dengan volume pada libur biasa. Fenomena ini mungkin dipengaruhi oleh preferensi masyarakat Sumatera Selatan yang lebih mengandalkan transportasi darat dan laut untuk mudik.
BPS mencatat bahwa libur panjang Idul Fitri dan Idul Adha 2024 berkontribusi pada peningkatan belanja konsumsi masyarakat di pusat perbelanjaan, restoran, dan destinasi wisata. Pada 2025, pola serupa diperkirakan terjadi, terutama dengan adanya peningkatan mobilitas yang mendorong permintaan akan jasa transportasi, akomodasi, dan kuliner. Sektor manufaktur juga tetap stabil dengan Indeks Manufaktur Bank Indonesia (PMI-BI) di angka 51,97% pada triwulan II-2024, meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
Kebijakan operasional dan infrastruktur terlihat pada dua perusahaan PT KAI dan Pelindo Multi Terminal melakukan langkah antisipatif seperti penambahan armada dan optimalisasi layanan. Namun, tantangan utama tetap pada keterbatasan kapasitas infrastruktur, terutama di jalur-jalur padat seperti Jakarta-Surabaya dan pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni. Untuk mengurangi kepadatan, pemerintah perlu mempercepat proyek-proyek strategis seperti double track kereta api dan pembangunan pelabuhan alternatif.
Prediksi dampak lonjakan penumpang dan barang terhadap kapasitas infrastruktur transportasi nasional menunjukkan tekanan signifikan pada beberapa sektor kunci, meskipun pembangunan infrastruktur selama satu dekade terakhir telah memberikan basis mitigasi. Berikut analisis berdasarkan tren historis dan kebijakan terkini, diantaranya.
Pada sektor transportasi darat, uji ketahanan dan jalur strategis menjadi poin penting dalam momen Hari Raya Idul Adha 2025 ini. Contohnya pada moda transportasi kereta api. Kapasitas jalur Trans-Jawa diprediksi mencapai 90-95% selama puncak mudik, meskipun PT KAI telah menambah 9 perjalanan kereta jarak jauh. Proyek double track dan elektrifikasi yang sedang berjalan (seperti jalur Jakarta-Surabaya) belum sepenuhnya operasional pada 2025, sehingga ketergantungan pada rute eksisting berisiko menyebabkan penundaan. Pembangunan Kereta Cepat Whoosh (Jakarta-Bandung) dan rencana Medium Speed Rail Jakarta-Surabaya diharapkan mengurangi beban 15-20% pada jalur darat utama, tetapi implementasinya masih terbatas pada segmen tertentu.
Pada sektor infrastruktur jalan tol. Arus kendaraan di koridor Trans-Jawa diperkirakan melebihi kapasitas desain sebesar 120%, terutama di ruas Cikampek-Padalarang dan Semarang-Surabaya. Pembangunan jalan tol baru seperti Trans-Sumatra dan Trans-Kalimantan belum sepenuhnya terintegrasi, sehingga distribusi arus mudik tetap terkonsentrasi di Jawa. Pada moda transportasi laut, tantangan efisiensi pelabuhan masih menjadi salah satu pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Kapasitas bongkar muat di Pelabuhan Merak dan Bakauheni diprediksi mengalami overload 25-30% selama periode puncak, meskipun Pelindo telah mengoptimalkan jadwal penyeberangan. Program Tol Laut dan penambahan kapal perintis belum sepenuhnya mengatasi ketimpangan distribusi logistik, terutama untuk pengiriman hewan kurban ke wilayah timur Indonesia.
Pada moda transportasi udara, ketimpangan regional menjadi salah satu poin penting yang belum terselesaikan. Bandara Soekarno-Hatta diperkirakan mencatat 85-90% load factor pada rute domestik, sementara bandara regional seperti Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang hanya mencapai 60-70%. Ketimpangan ini mencerminkan belum meratanya pembangunan bandara sekunder.
Dampak ekonomi dan operasional. Pertama, biaya logistik. Keterlambatan distribusi diperkirakan meningkatkan biaya logistik sektor ritel sebesar 7-10% selama periode libur. Kedua, daya tahan infrastruktur. Indeks Track Quality Index (TQI) jalur kereta api di Jawa diprediksi turun 5-8 poin pasca-liburan akibat intensitas penggunaan, memerlukan pemeliharaan ekstra.
Untuk menjawab tantangan melonjaknya volume transportasi pada moment Hari Raya Idul Adha 2025 ini, ada beberapa rekomendasi strategis yang dapat dilakukan. Diantaranya, percepatan proyek strategis. Prioritas pada penyelesaian double track kereta api Jawa-Sumatra dan pengembangan pelabuhan alternatif seperti Patimban. Kedua, integrasi sistem multimodal. Optimalisasi skema ride-sharing darat-laut-udara untuk distribusi penumpang dan barang yang lebih merata. Ketiga, pemanfaatan teknologi. Implementasi real-time tracking system di pelabuhan dan terminal untuk meminimalkan antrean. Lonjakan Idul Adha 2025 menjadi stress test bagi infrastruktur transportasi Indonesia, dengan kebutuhan mendesak untuk memperkuat kapasitas melalui kolaborasi antar-sektor dan alokasi anggaran yang tepat sasaran.
Lonjakan penumpang dan barang menjelang Idul Adha 2025 memperlihatkan kompleksitas sistem transportasi Indonesia yang harus menyeimbangkan permintaan masyarakat dengan kapasitas infrastruktur. Sektor darat masih dominan, sementara transportasi laut menunjukkan pertumbuhan tertinggi. Di udara, perbedaan regional menjadi catatan penting bagi pemangku kebijakan. Rekomendasi ke depan meliputi, peningkatan kapasitas infrastruktur di jalur-jalur strategis. Semakin besar kapasitas infrastruktur, semakin besar pula volume yang dapat ditampung. Berikutnya, koordinasi antaroperator transportasi untuk mengoptimalkan distribusi penumpang dan barang. Penguatan sistem pemantauan real-time guna menghindari penumpukan di titik tertentu. Semakin berkembangnya teknologi seperti CCTV dan AI memudahkan pengawasan pada sistem pemantauan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan mobilitas selama hari raya keagamaan dapat berjalan lancar tanpa mengorbankan kenyamanan dan keselamatan masyarakat.