Kamis, Juli 10, 2025
spot_img
BerandaMediaBerikut Cara Tarik Investor Lewat Tingkatkan Daya Beli Domestik

Berikut Cara Tarik Investor Lewat Tingkatkan Daya Beli Domestik

Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 yang melambat menjadi 4,87%, terendah sejak kuartal III 2021. Meski demikian, realisasi investasi mencapai Rp1.714,2 triliun pada 2024, melampaui target pemerintah sebesar Rp1.650 triliun. Daya beli masyarakat yang melemah menjadi tantangan utama, dengan konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 4,89% pada kuartal I 2025. Untuk menarik investasi asing lebih besar, Indonesia perlu mengimplementasikan strategi komprehensif yang menggabungkan peningkatan daya beli domestik dengan penguatan sektor-sektor unggulan yang menarik bagi investor internasional.

Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Beli

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87% (year-on-year), mengalami perlambatan dari 5,11% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi 55% terhadap PDB, hanya tumbuh 4,89% dibandingkan 4,91% pada kuartal I 2024.

Penurunan daya beli masyarakat tercermin dari beberapa indikator kunci, yaitu deflasi berlanjut pada awal 2025 dengan deflasi bulanan 0,48% dan deflasi tahunan 0,09%. Survei Inventure menunjukkan 85% responden mengalami lonjakan harga kebutuhan pokok sebagai penyebab menurunnya daya beli. Lantas, tercatat ada 45% responden mengalami stagnasi pendapatan meski harga kebutuhan terus meningkat.

Data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM menunjukkan tren positif investasi. Pertama, realisasi investasi 2024 mencapai Rp1.714,2 triliun, tumbuh 20,8% dari tahun sebelumnya. Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp900,2 triliun (52,5% dari total investasi). Selanjutnya, penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp814 triliun (47,5%). Sementara itu, tercatat penyerapan tenaga kerja mencapai 2.456.130 orang, meningkat 34,7% dari 2023.

Hubungan Daya Beli Domestik dengan Investasi Asing

Daya beli domestik yang kuat menjadi faktor krusial dalam menarik investasi asing karena beberapa alasan. Pertama, ukuran pasar domestik. Konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 55% terhadap PDB menunjukkan pentingnya pasar domestik sebagai daya tarik investasi. Investor asing cenderung berinvestasi di negara dengan pasar domestik yang besar dan daya beli yang stabil. Kedua, stabilitas ekonomi. Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi asing langsung. Daya beli yang stabil mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang menarik bagi investor jangka panjang. Ketiga, multiplier effect. Peningkatan daya beli menciptakan efek berganda melalui peningkatan konsumsi, yang mendorong produksi dan pada akhirnya menarik investasi di sektor manufaktur dan jasa.

Tercatat, ada beberapa kendala struktural yang menghambat optimalisasi hubungan daya beli-investasi. Diantaranya, ketimpangan distribusi pendapatan yang masih tinggi. Kemudian, ketergantungan pada sektor komoditas yang rentan volatilitas harga global. Disamping itu, infrastruktur yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia.

Strategi Peningkatan Daya Beli Domestik

Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan guna mendongkrak peningkatan daya beli domestik, yang pertama kebijakan fiskal ekspansif. Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai kebijakan fiskal untuk meningkatkan daya beli, salah satunya adalah program bantuan sosial. Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kartu Sembako pada Mei-Juni 2025, program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) dan Program Indonesia Pintar (PIP) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS).

Disamping itu, ada program stimulus kebijakan. Contohnya, pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) untuk ASN, program mudik gratis dan diskon belanja dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024 yang berdampak pada peningkatan daya beli pekerja. Lalu, ada juga program insentif sektoral. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian telah mengumumkan insentif fiskal untuk sektor properti, otomotif, dan industri padat karya. Strategi ini dirancang untuk memperkuat sisi permintaan sambil menjaga stabilitas harga pangan.

Kemudian, upaya digitalisasi UMKM. Dengan 64 juta UMKM di Indonesia, digitalisasi sektor ini berpotensi besar mendongkrak ekonomi digital. Potensi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 210-360 miliar (Rp 5.800 triliun) pada 2030. Investasi infrastruktur yang berkelanjutan penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya beli masyarakat. Pembangunan infrastruktur transportasi, energi, dan telekomunikasi menciptakan multiplier effect pada pertumbuhan ekonomi.

Sektor-Sektor Unggulan untuk Investasi Asing

Tercatat, ada beberapa sektor unggulan bagi investor asing yang telah dipersiapkan. Diantaranya yang pertama adalah industri logam dasar dan hilirisasi. Sektor ini menjadi primadona investasi asing dengan beberapa keunggulan, yaitu kinerja sektor. Industri logam dasar tumbuh double digit 10,86% (y-o-y) pada triwulan III 2023. Sektor ini menarik investasi asing sebesar USD 3,03 miliar pada kuartal III 2024. Sektor ini juga dikenal sebagai “mother of industry” yang mendorong pertumbuhan sektor lain.

Berikutnya adalah program hilirisasi nikel. Vale Indonesia menggarap tiga proyek hilirisasi nikel dengan investasi USD 8,5 miliar atau setara dengan Rp 146,52 triliun. Target penyelesaian proyek pada 2026-2027 dengan kapasitas produksi tambahan 240 kt Ni/tahun.

Sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi. Investasi dan pertumbuhan, investasi asing mencapai USD 2,02 miliar atau 13,03% dari total investasi pada kuartal III 2024. Sektor telekomunikasi didorong oleh kebutuhan infrastruktur digital dan merger strategis seperti Indosat Ooredoo Hutchison. Potensi masa depan tergantung dengan dukungan pengembangan ekonomi digital yang diproyeksikan tumbuh empat kali lipat pada 2030. Infrastruktur telekomunikasi kunci untuk pemerataan akses di daerah 3T.

Sektor Pertambangan, jika dilihat dari data investasi dapat menarik investasi asing USD1,56 miliar pada kuartal III 2024. Hal ini didukung oleh kebijakan hilirisasi yang menciptakan nilai tambah bagi investor. Keunggulan kompetitif, seperti kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan kebijakan yang mendorong pengolahan dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah.

Industri kimia dan farmasi, didapati mengalami prospek pertumbuhan. Tercatat, investasi asing mencapai USD 1,56 miliar dengan demand yang terus meningkat. Sektor kesehatan yang berkembang pesat pasca pandemi. Dukungan program Jaminan Kesehatan Nasional yang meningkatkan akses layanan kesehatan.

Sektor manufaktur, sektor ini memiliki kinerja global yang menjanjikan. Kontribusi PDB manufaktur Indonesia rata-rata 19,9% (2014-2022), lebih tinggi dari rata-rata dunia (16,26%) dan negara OECD (13,6%). Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia USD228 miliar pada 2021, berkontribusi 1,46% terhadap total MVA dunia dan pertumbuhan rata-rata 3,44% per tahun, melampaui rata-rata dunia (2,35%).

Sektor pariwisata, memiliki potensi dan capaian yang menjanjikan. Contohnya, pada 2016, jumlah wisatawan mancanegara mencapai 11,525 juta, tumbuh 10,79%. Kontribusi PDB sektor pariwisata mencapai 4,01% pada paruh pertama 2024. Tercatat, kekayaan alam dan budaya dengan 17.508 pulau dan 719 bahasa daerah. Sektor berikutnya adalah Energi Baru Terbarukan (EBT). Tercatat, tantangan dan peluang pada sektor ini diantaranya, Indonesia menempati posisi ke-39 dari 40 negara dalam Renewable Energy Country Attractiveness Index (RECAI). Kebijakan Energi Nasional (KEN) fokus pada EBT untuk mencapai Net Zero Emission 2045. Kebutuhan investasi besar dalam teknologi dan infrastruktur EBT.

Untuk merespon peluang investasi asing, ada beberapa rekomendasi strategis. Pertama adalah penguatan daya beli jangka pendek. Hal ini dapat dilakukan dengan cara stimulus fiskal berkelanjutan dengan jalan mempercepat realisasi belanja negara dengan target penyerapan anggaran lebih tinggi dari siklus biasanya. Melanjutkan program bantuan sosial PKH, Kartu Sembako, dan BLT-DD dengan targeting yang lebih presisi, dan memberikan insentif tambahan untuk sektor yang terdampak perlambatan ekonomi. Kemudian, stabilisasi harga pangan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan memperkuat Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/TPID) untuk menjaga kecukupan pasokan komoditas pangan.

Reformasi Struktural Jangka Menengah

Perubahan jangka menengah dapat dilakukan dengan cara peningkatan produktivitas UMKM. Caranya dengan implementasi program digitalisasi UMKM secara masif dengan target 64 juta UMKM. Selain itu, memfasilitasi akses permodalan dengan bunga rendah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kemudian, menggelar pelatihan keterampilan dan kewirausahaan untuk meningkatkan daya saing. Selain peningkatan UMKM, pembangunan infrastruktur, juga menjadi langkah strategis. Percepatan pembangunan infrastruktur transportasi untuk mengurangi biaya logistik. Pengembangan infrastruktur digital untuk mendukung ekonomi digital dan investasi infrastruktur energi untuk menjamin pasokan listrik yang andal.

Peningkatan iklim investasi dapat dilakukan dengan cara deregulasi dan penyederhanaan perizinan. Implementasi Inpres Deregulasi untuk mempercepat proses perizinan, revisi Perpres tentang Bidang Usaha Penanaman Modal (BUPM) dan pembentukan Satgas Perluasan Lapangan Kerja untuk koordinasi lintas kementerian. Pengembangan sektoral dapat dilakukan dengan memperkuat program hilirisasi pada sektor pertambangan dan manufaktur, pengembangan klaster industri terintegrasi untuk menciptakan rantai nilai yang efisien dan pemberian insentif khusus untuk investasi di sektor prioritas.

Strategi Jangka Panjang

Untuk membuat para investor terus berinvestasi, ada beberapa langkah yang meski dilakukan. Diantaranya adalah transformasi ekonomi digital. Hal ini menuntut pemanfaatan bonus demografi dengan 68% penduduk usia produktif pada 2030. Selain itu, pengembangan ekosistem fintech dan pembayaran digital yang diproyeksikan mencapai USD 760 miliar pada 2030. Integrasi Artificial Intelligence dalam berbagai sektor ekonomi perlu digalakkan jika ingin akselerasi dalam sektor perekonomian. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) tidak luput dari bentuk strategi jangka panjang. Peningkatan kualitas pendidikan melalui Program Indonesia Pintar, sertifikasi halal UMKM untuk meningkatkan daya saing di pasar domestik dan global. Selain itu, pengembangan keterampilan digital untuk mendukung transformasi ekonomi.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik investasi asing melalui penguatan daya beli domestik dan pengembangan sektor-sektor unggulan. Meski menghadapi tantangan perlambatan ekonomi, realisasi investasi yang melampaui target menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang Indonesia.

Strategi komprehensif yang menggabungkan stimulus fiskal jangka pendek, reformasi struktural jangka menengah, dan transformasi ekonomi digital jangka panjang diperlukan untuk menciptakan sinergi antara peningkatan daya beli domestik dan daya tarik investasi asing. Sektor-sektor unggulan seperti industri logam dasar, telekomunikasi, manufaktur, dan ekonomi digital menawarkan peluang investasi yang menjanjikan dengan dukungan kebijakan pemerintah yang kondusif.

Keberhasilan strategi ini memerlukan koordinasi yang erat antara pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan implementasi yang konsisten, Indonesia berpotensi mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sambil menarik investasi asing yang berkualitas untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments