Senin, Desember 22, 2025
spot_img
BerandaMarketAnomali Pasar Tepung di Penghujung 2025

Anomali Pasar Tepung di Penghujung 2025

Pasar komoditas tepung nasional menutup tahun 2025 dengan sebuah anomali. Di satu sisi, hegemoni gandum impor mengalami koreksi volume yang signifikan akibat tekanan daya beli dan fluktuasi kurs, namun di sisi lain, komoditas substitusi lokal seperti Mocaf (Modified Cassava Flour) dan Sagu masih berjuang menembus tembok harga untuk menjadi pemain utama.

Laporan mendalam ini membedah dinamika pasar aneka tepung di Indonesia sepanjang 2025 dan meneropong arah mata angin industri pada 2026, di tengah bayang-bayang program strategis nasional dan pergeseran gaya hidup konsumen.

Tahun 2025 menjadi tahun penyesuaian bagi industri tepung terigu nasional. Data yang dihimpun dari asosiasi dan BPS menunjukkan tren penurunan yang jarang terjadi dalam dekade terakhir.

Komuditas gandum menjadi salah satu komuditas impor yang mengalami perlambatan. Pasar terigu, yang selama ini tumbuh linier dengan populasi, menghadapi hambatan struktural tahun ini. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), volume impor gandum periode Januari-Agustus 2025 tercatat sebesar 7,13 juta ton, turun tajam 18% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan ini bukan indikasi swasembada, melainkan sinyal pelemahan permintaan di sektor hilir, terutama UMKM yang menyerap 71% total konsumsi terigu nasional.

Indikator Realisasi 2024 (Juta Ton) Estimasi Full Year 2025 (Juta Ton) Tren (YoY)
Impor Gandum 12,15 ~9,96 -18%
Konsumsi Terigu 7,41 ~7,18 -3,1%

Estimasi berbasis data run-rate Jan-Agustus 2025.

Penyebab utama koreksi ini adalah kombinasi dari pelemahan nilai tukar Rupiah yang membuat biaya impor bahan baku melambung, serta penurunan daya beli kelas menengah yang mengurangi konsumsi produk turunan seperti roti dan mie instan premium. Australia tetap menjadi pemasok utama dengan pangsa pasar dominan, namun ketergantungan ini membuat harga tepung dalam negeri sangat rentan terhadap fluktuasi harga gandum global.

Tren Impor Vs KOnsumsi Terigu nasional (2024 vs Estimasi 2025)

Realitas Substitusi, Perang Harga yang Belum Usai

Narasi Kedaulatan Pangan yang didengungkan pemerintah menghadapi tantangan realitas ekonomi yang keras di lapangan. Meskipun kampanye diversifikasi pangan gencar dilakukan, harga menjadi benteng tebal yang sulit ditembus oleh tepung lokal.

Disparitas harga, terigu masih raja murah. Ironi terbesar pasar tepung 2025 adalah fakta bahwa tepung terigu impor justru menjadi opsi termurah bagi rakyat banyak dibandingkan tepung lokal yang diproses dengan teknologi tinggi seperti Mocaf.

Analisis harga rata-rata di pasar ritel modern dan tradisional pada akhir 2025 menunjukkan kesenjangan yang mencolok.

Perbandingan harga rata-rata eceran komuditas tepung di Indonesia (Estimasi akhir 2025)

Tepung terigu curah masih dapat ditemukan di kisaran Rp9.800 – Rp10.500 per kg, menjadikannya pilihan rasional bagi pedagang gorengan dan mie ayam.

Mocaf (Modified Cassava Flour), meskipun memiliki branding kuat sebagai produk “Gluten-Free” dan sehat, masih bertengger di harga premium Rp18.500 – Rp20.000 per kg. Tanpa industrialisasi masif yang menekan biaya produksi, Mocaf sulit bersaing head-to-head dengan terigu di pasar massal.

Tapioka, yang menjadi tulang punggung industri kerupuk dan bakso, mengalami tekanan ganda. Di tingkat pabrik (Lampung), harga sempat jatuh ke level Rp4.700/kg membuat industri menjerit, sementara di tingkat eceran harga masih relatif tinggi, menciptakan inefisiensi rantai pasok yang merugikan petani singkong.

Prospek 2026, angin segar dari makan bergizi gratis. Memasuki 2026, lanskap industri tepung diprediksi akan mengalami rebound yang didorong oleh kebijakan fiskal agresif dan perubahan perilaku konsumen.

Katalisator Program MBG (Makan Bergizi Gratis). Program andalan pemerintah ini diproyeksikan menjadi game changer. Dengan target jutaan penerima manfaat, permintaan terhadap karbohidrat akan melonjak. Peluang, industri mie dan roti (berbasis terigu) akan mendapatkan pesanan masif. Namun, ini juga celah bagi Sagu dan Mocaf jika pemerintah mewajibkan persentase kandungan lokal (Local Content Requirement) dalam menu MBG. Risiko. jika tidak diatur, program ini hanya akan memperbesar keran impor gandum, mengingat kapasitas produksi tepung lokal belum siap untuk skala jutaan ton per bulan.

Bangkitnya experience economy di sektor F&B. Outlook ekonomi 2026 menunjukkan sektor Makanan & Minuman diprediksi tumbuh 6,0% – 6,5%, melampaui pertumbuhan PDB nasional yang dipatok di angka moderat 5,1%.

Tren artisan. Konsumen kelas menengah atas mulai beralih ke produk bakery premium, gluten-free, dan sourdough. Ini adalah ceruk pasar (niche) di mana tepung Mocaf, tepung beras, dan pati sagu dapat mendominasi karena persepsi sehat dan premium.

Digitalisasi UMKM, pertumbuhan transaksi e-commerce produk makanan sebesar 6,19% di akhir 2025 menandakan bahwa produsen tepung kemasan ritel (1kg) akan memenangkan pasar dibanding penjualan curah di pasar basah.

Sagu, raksasa tidur yang mulai menggeliat. Tahun 2026 akan menjadi tahun pembuktian bagi peta jalan (roadmap) sagu nasional. Dengan target produksi pati sagu 1 juta ton (bertahap), pemerintah mulai serius menggarap lahan di Riau (Meranti) dan Papua. Jika eksekusi berjalan mulus, sagu berpotensi menggerus 5-10% pangsa pasar terigu industri (untuk biskuit dan mie) pada akhir 2026.

Tahun 2025 mengajarkan bahwa substitusi impor tidak bisa hanya mengandalkan retorika nasionalisme, melainkan harus berbasis logika ekonomi. Selama harga tepung lokal (Mocaf) 80% lebih mahal dari terigu impor, diversifikasi pangan hanya akan menjadi tren gaya hidup elit, bukan solusi ketahanan pangan massal.

Outlook 2026. Pasar akan terbelah dua (bifurkasi). Pasar massal (bawah) akan tetap didominasi terigu karena harga, didorong oleh program subsidi pangan. Pasar premium (atas) akan semakin agresif menyerap tepung alternatif (Mocaf, Sagu, Beras) didorong oleh isu kesehatan dan tren kuliner global.

Rekomendasi bagi pemangku kepentingan. Pemerintah, wajibkan blending tepung lokal (5-10%) dalam program Makan Bergizi Gratis untuk menciptakan captive market bagi petani singkong dan sagu. Industri. Lakukan efisiensi produksi Mocaf dan Tapioka secara radikal untuk mendekati harga psikologis Rp12.000/kg agar kompetitif. Investor. Sektor ingredients (tepung premix, tepung bumbu bebas gluten) adalah blue ocean di 2026 seiring naiknya tren memasak di rumah dan kesadaran alergen.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments