Pada tahun 2025, lebih dari separuh pengguna internet di Indonesia tepatnya 52,27% mengalokasikan anggaran antara Rp 101.000 hingga Rp 250.000 untuk paket internet seluler. Angka ini naik tajam dibandingkan 45,01% pada 2024, menandakan pergeseran preferensi belanja kuota dengan kisaran mid-tier yang semakin diminati.
Data Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bertajuk Profil Internet Indonesia 2025 yang dirilis 6 Agustus 2025, memperlihatkan kenaikan 7,26 poin persentase dalam kategori pengeluaran Rp101.000–Rp250.000. Pergeseran ini mencerminkan beberapa faktor, pertama penetrasi dan kualitas jaringan. Dengan penetrasi internet meningkat menjadi 80,66% atau sekitar 229 juta pengguna dan keandalan jaringan yang makin merata, konsumen semakin percaya membeli paket yang memberikan kuota dan kecepatan lebih stabil.
Kedua, kebutuhan data lebih besar. Aktivitas streaming video, konferensi daring, dan game online menuntut kuota lebih besar. Paket mid-tier menawarkan keseimbangan antara harga dan volume data yang lebih sesuai untuk gaya hidup digital intensif.
Ketiga, pergeseran preferensi ke paket bulanan. Sebanyak 72,01% pengguna memilih paket bulanan pada 2025, naik dari 70,33% tahun sebelumnya. Keputusan ini menguatkan pilihan paket mid-tier sebagai solusi jangka panjang dibanding paket mingguan atau harian.
Sementara itu, 34,52% konsumen hanya membelanjakan kurang dari Rp 50.000 untuk kuota seluler, menurun dari 36,52% pada tahun lalu. Penurunan ini mengindikasikan bahwa lapisan pengguna dengan budget terbatas mulai geser ke paket yang lebih besar demi kebutuhan data yang kian tinggi.
Perubahan pola pengeluaran ini membawa implikasi pada berbagai pemangku kepentingan. Dari sudut pandang operator seluler, menggeser portofolio produk ke paket mid-tier dengan kuota lebih besar dan fitur tambahan (misalnya akses tanpa batas ke aplikasi tertentu) dapat meningkatkan retensi pelanggan.
Jika dilihat dari kebutuhan konten dan layanan digital, penyedia streaming, e-learning, dan platform kolaborasi wajib menyesuaikan rancangan konten mereka agar lebih menarik, mengingat mayoritas pengguna kini mampu berlangganan paket data lebih besar.
Kemudian, jika dilihat dari perspective pemerintah dan regulasi. Kebijakan perlindungan konsumen dan pengawasan tarif perlu diperkuat agar kenaikan pengeluaran paket tidak mengeksploitasi kebutuhan data peer-to-peer yang meningkat.
Kenaikan persentase pengguna di kelas pengeluaran Rp101.000–Rp250.000 menandai kematangan ekosistem digital Indonesia. Sejalan dengan tingkat penetrasi yang hampir mencapai 81%, pasar internet seluler cenderung berkembang ke layanan nilai tambah (value-added services) dan monetisasi konten lokal.
Di masa mendatang, pengembangan jaringan 5G, peningkatan infrastruktur di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), serta inovasi produk kuota “sesuai kebutuhan” akan menjadi fokus utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan daya beli konsumen.


