Selasa, Desember 2, 2025
spot_img
BerandaMediaLayanan Service Kendaraan Bermotor 2025, Berbanding Terbalik Dengan Penjualan Baru

Layanan Service Kendaraan Bermotor 2025, Berbanding Terbalik Dengan Penjualan Baru

Industri purna jual menunjukkan ketahanan meskipun pasar kendaraan baru tertekan oleh kebijakan perpajakan dan daya beli konsumen yang lemah. Sepanjang tahun 2025, industri otomotif Indonesia menghadapi dinamika yang kompleks dan penuh kontradiksi. Sementara penjualan kendaraan baru terus merosot, sektor layanan purna jual dan suku cadang malah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Fenomena ini mencerminkan perubahan fundamental dalam perilaku konsumen otomotif di Indonesia, di mana kepemilikan kendaraan beralih dari akumulasi baru menuju perawatan optimal terhadap armada yang sudah ada.

Kontraksi Penjualan Kendaraan, Tantangan Berkelanjutan

Data dari Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan bahwa penjualan mobil pada periode Januari hingga Oktober 2025 mencapai 635.844 unit secara wholesales, turun signifikan sebesar 10,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencatat 711.064 unit. Penurunan ini mengakibatkan realisasi penjualan hanya mencapai 74,8% dari target bawah yang ditetapkan GAIKINDO untuk tahun 2025 (850.000–900.000 unit).

Kondisi lebih serius terlihat pada bulan Agustus 2025, ketika penjualan mobil nasional hanya mencapai 61.780 unit, turun sebesar 19,03% dibandingkan Agustus 2024 yang mencatat 76.302 unit. Memasuki kuartal terakhir tahun, momentum penjualan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dengan penjualan Oktober 2025 meningkat 19,2% secara bulanan menjadi 74.019 unit. Meskipun demikian, pencapaian ini masih berada 4,4% di bawah tingkat penjualan Oktober 2024.

Sektor roda dua mengalami kontraksi yang lebih moderat namun tetap mengkhawatirkan. Penjualan sepeda motor dari Januari hingga Oktober 2025 mencapai 5.427.253 unit, hanya turun 0,89% atau sekitar 48.756 unit dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 5.476.009 unit. Meski penurunannya minimal, angka ini masih menempatkan realisasi penjualan motor pada level 81,0%–84,8% dari target tahunan AISI sebesar 6,4–6,7 juta unit.

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat bahwa penjualan terbaik terjadi pada Juli 2025 dengan 587.048 unit, meski tetap di bawah pencapaian Juli 2024 yang mencapai 598.901 unit. Puncak penjualan ini didorong oleh Indonesia Motorcycle Show (IMOS) 2025, sebuah event yang menjadi barometer tren industri dan ajang perkenalan inovasi terbaru.

Akar Permasalahan, Kebijakan Perpajakan dan Daya Beli

Tekanan terhadap penjualan kendaraan baru berakar dari dua faktor utama yang telah berlangsung sepanjang 2025. Pertama, implementasi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang diterapkan mulai awal tahun 2025 menciptakan beban finansial tambahan bagi konsumen. Kebijakan ini dikombinasikan dengan penerapan opsi pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), yang berdampak mengurangi daya beli masyarakat terhadap kendaraan baru.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Setia Darta memproyeksikan penurunan kinerja industri otomotif pada 2025 mencapai Rp4,21 triliun, dengan dampak signifikan pada sektor backward linkage sebesar Rp4,11 triliun dan forward linkage sebesar Rp3,519 triliun. Sementara itu, Bank Indonesia mencatat bahwa indeks keyakinan konsumen Indonesia memang melonjak ke level 121,2 pada Oktober 2025, tetapi peningkatan ini belum cukup mendorong pembelian kendaraan baru secara masif.

CEO PT Indomobil National Distributor Tan Kim Piauw mengakui bahwa tahun 2025 membawa tantangan yang “cukup luar biasa” untuk seluruh pemain industri otomotif di Indonesia. Pelemahan daya beli konsumen, meski pertumbuhan ekonomi mulai membaik, tetap menjadi hambatan utama yang dihadapi industri hingga akhir tahun.

Ekspansi Layanan Purna Jual: Peluang di Tengah Krisis Penjualan Baru

Paradoks yang menarik muncul ketika industri layanan purna jual (aftermarket) justru mencatat pertumbuhan yang menggembirakan di tengah kelangkaan penjualan kendaraan baru. Menurut laporan Custom Market Insights, pasar layanan aftermarket otomotif Indonesia mencapai valuasi USD 4,82 miliar dalam 2025 dan diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 4,78% hingga mencapai USD 7,59 miliar pada tahun 2034[8]. Ekspansi ini didorong oleh populasi kendaraan bermotor yang telah melampaui angka 180 juta unit di Indonesia, dengan usia rata-rata berkisar 12 tahun untuk mobil penumpang.

Fenomena yang dikenal sebagai “lipstick effect” dalam ekonomi otomotif menjelaskan tren ini. Ketika penjualan kendaraan baru melambat, konsumen cenderung mengalihkan pengeluaran mereka ke perawatan dan penyempurnaan kendaraan yang sudah dimiliki. Permintaan tertinggi datang dari pemilik kendaraan yang telah beroperasi lebih dari lima tahun, khususnya di sektor logistik dan transportasi harian, menciptakan peluang pasar yang signifikan bagi penyedia suku cadang dan layanan pendukung.

PT Astra Otoparts Tbk, produsen dan distributor spare parts terkemuka di Indonesia, mengungkapkan optimismenya terhadap pertumbuhan penjualan spare parts di semester kedua 2025. Menurut Indra Nugraha, Executive In Charge Marketing PT Astra Otoparts,

“Memang kita tahu sama-sama industri otomotif sedang turun. Proyeksi penjualan mobil baru juga turun. Namun buat kami yang di aftermarket, secara history itu bisa jadi opportunity buat kami. Saat orang tidak membeli kendaraan baru, maka kemungkinan besar mereka akan melakukan perawatan kendaraan yang ada,” ujarnya.

Data penjualan motor Mei 2025 memberikan bukti konkret dari ekspansi sektor purna jual. Penjualan motor mencapai 505.350 unit, dan angka ini menjadi pendorong bisnis spare part kendaraan khususnya bagi pemain besar industri. Pada periode yang sama, bisnis suku cadang menunjukkan kinerja positif dengan meningkatnya permintaan akan komponen pengganti berkualitas tinggi.

Digitalisasi dan Inovasi Layanan, Transformasi Industri Bengkel

Sepanjang 2025, industri bengkel dan layanan purna jual mengalami transformasi digital yang signifikan. Teknologi yang dulunya hanya terdapat di bengkel resmi brand kini semakin terjangkau dan tersebar di bengkel-bengkel independen. Sistem diagnostik digital berbasis komputer, pemrograman ECU (Electronic Control Unit), dan layanan tune-up mesin yang kompleks mulai menjadi standar layanan di lebih banyak lokasi.

Bengkel-bengkel mandiri yang sebelumnya hanya menawarkan jasa perbaikan dasar mulai berinvestasi dalam teknologi diagnostik modern dan sistem manajemen digital. Kolaborasi dengan pihak ketiga memungkinkan mereka untuk memperoleh alat dan pelatihan yang diperlukan, sementara adopsi sistem manajemen digital memudahkan pencatatan layanan pelanggan dan meningkatkan efisiensi operasional. Transformasi ini mencerminkan upaya industri untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap layanan perawatan yang lebih presisi dan terpercaya.

Aplikasi berbasis mobile juga menjadi sarana penting untuk mendekatkan layanan service dengan konsumen. Platform digital seperti MySuzuki, aplikasi Honda, dan berbagai marketplace otomotif lainnya memudahkan pemilik kendaraan untuk membooking layanan, membeli suku cadang asli, dan mengakses informasi perawatan kendaraan kapan saja.

Program Promosi dan Inisiatif Industri di Akhir Tahun

Memasuki periode Desember 2025, industri service otomotif melancarkan serangkaian program promosi agresif untuk mendorong permintaan perawatan kendaraan. Honda menghadirkan “PESTAPORA Akhir Tahun” yang berlangsung dari 1 November hingga 30 Desember 2025, menawarkan E-Money hingga 10 juta rupiah, diskon puluhan juta, free asuransi atau coating, serta kesempatan memenangkan 1 unit motor X-Max. Program ini dirancang tidak hanya untuk penjualan kendaraan baru tetapi juga meningkatkan layanan purna jual.

Astra Daihatsu meluncurkan promo “Parade Kinclongin 2025” yang berlaku sepanjang tahun dengan diskon hingga 30% untuk jasa perbaikan body mobil, gratis poles all body, dan diskon 25% untuk jasa perbaikan AC. Program ini menunjukkan komitmen penyedia layanan untuk menjaga kendaraan pelanggan tetap prima.

Mitsubishi Motors menghadirkan “Servis Kemerdekaan 2025” dan “Kilau Merdeka Campaign” sepanjang Agustus 2025, menawarkan diskon signifikan untuk komponen kenyamanan, keselamatan, dan daya (power parts), serta program perpanjangan garansi. Inisiatif serupa juga dilakukan oleh Nissan Indonesia dengan menyiagakan 21 bengkel resmi dan layanan Emergency Roadside Assistance (ERA) di 8 kota selama periode mudik Lebaran 2025.

Dari perspektif brand logistik dan transportasi, Honda juga menggelar program “SIAP MUDIK 2025” di area Bandung, Bekasi, Cikarang, Bogor, dan Depok dengan berbagai benefit layanan service.

Pertumbuhan Kesadaran Konsumen dan Perawatan Preventif

Peningkatan layanan purna jual di 2025 juga didorong oleh kesadaran konsumen yang semakin tinggi terhadap pentingnya perawatan kendaraan berkala. Program Corporate Social Responsibility (CSR) seperti “Service Gratis 2025” yang diselenggarakan PanaOil Indonesia bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 13-14 September 2025 melayani 113 unit sepeda motor dan 22 unit mobil dari masyarakat umum, menunjukkan lonjakan minat layanan perawatan.

Peningkatan permintaan ini juga tercermin dalam data penjualan spare parts. Komponen seperti kampas rem, bearing, roller CVT, filter udara, dan produk kimia otomotif (pembersih karburator, pelumas rantai, minyak penetrasi) mengalami penjualan yang stabil dan bahkan meningkat sepanjang tahun.

Tantangan dan Hambatan Industri

Meskipun menunjukkan pertumbuhan, industri service otomotif di 2025 tetap menghadapi sejumlah tantangan serius. Kondisi ekonomi yang lemah mengakibatkan kompetisi harga yang ketat di segmen suku cadang aftermarket, dengan produk impor murah membanjiri pasar lokal. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai Rp16.400 per dolar membuat harga bahan baku naik, sedangkan suku bunga yang tinggi menambah beban biaya operasional bengkel.

Penetrasi kendaraan listrik, meskipun baru mencapai sekitar 4-5% dari total kendaraan global pada 2024, juga menciptakan tantangan bagi bengkel tradisional yang belum siap dengan teknologi perbaikan EV. Pergeseran teknologi ini memerlukan investasi pelatihan dan peralatan diagnostik khusus yang tidak murah.

Proyeksi Pasar hingga Akhir 2025

Dengan momentum yang telah dibangun, industry observers memproyeksikan bahwa penjualan motor Indonesia akan tetap mencapai target AISI sebesar 6,4–6,7 juta unit pada akhir 2025, meskipun dengan margin yang tipis. Untuk mencapai target minimum, AISI memerlukan rata-rata penjualan sebesar 500.000 unit per bulan selama November dan Desember 2025.

Sementara itu, penjualan mobil diproyeksikan akan berada pada level 850.000–900.000 unit untuk tahun penuh 2025, dengan pencapaian yang lebih mendekati target bawah mengingat penurunan 10,6% pada periode Januari-Oktober. GAIKINDO telah menunjukkan bahwa pihaknya berencana merevisi target penjualan mobil mengingat tekanan berkelanjutan terhadap daya beli konsumen.

Sektor aftermarket diperkirakan akan terus tumbuh dengan momentum yang konsisten, didorong oleh pertumbuhan armada kendaraan yang terus bertambah usia. Java Island, yang menguasai sekitar 60% dari total kendaraan terdaftar di Indonesia, tetap menjadi driver utama pertumbuhan layanan purna jual, diikuti Sumatra sebagai pasar kedua terbesar.

Resilisensi Sektor Purna Jual di Tengah Krisis Penjualan Baru

Sepanjang 2025, industri otomotif Indonesia mendemonstrasikan sebuah paradoks ekonomi yang menarik. Sementara penjualan kendaraan baru tertekan oleh kebijakan perpajakan yang tidak menguntungkan dan melemahnya daya beli konsumen, sektor layanan purna jual menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang signifikan. Fenomena ini mencerminkan maturation dari pasar otomotif Indonesia, di mana fokus konsumen beralih dari ekspansi armada menuju optimalisasi dan perawatan kendaraan yang sudah ada.

Transformasi digital yang tengah berlangsung di bengkel-bengkel Indonesia, dikombinasikan dengan kesadaran konsumen yang meningkat terhadap pentingnya perawatan preventif, membuka peluang pertumbuhan berkelanjutan bagi sektor aftermarket. Namun, tantangan dalam bentuk kompetisi harga yang ketat, perubahan nilai tukar, dan pergeseran teknologi kendaraan tetap memerlukan adaptasi cepat dari para pemain industri.

Dengan momentum yang sudah terbangun, sektor layanan purna jual diposisikan untuk terus berkembang hingga akhir 2025 dan melampaui, menjadikan sektor ini sebagai tulang punggung industri otomotif Indonesia di tengah ketidakpastian pasar penjualan kendaraan baru.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Most Popular

Recent Comments